Interaksi Sosial - Faktor Terjadi dan Bentuk-bentuknya


Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa membangun hubungan dengan orang lain. Dengan kata lain, manusia selalu melakukan interaksi sosial. Lalu, apakah yang dimaksud dengan interaksi sosial? Syarat-syarat apa saja yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial? Mari kita bedah lebih dalam pengertian interaksi sosial dengan melihat syarat-syarat terjadinya interaksi sosial. Tindakan sosial bersifat timbal balik tadi memuat adanya: pertama, kontak sosial dan; kedua, komunikasi. Kontak sosial merupakan syarat awal bagi terjadinya interaksi sosial. Berasal dari bahasa Latin cum yang bermakna “bersama-sama” dan tango yang berarti “menyentuh”, secara harfiah kontak dimengerti sebagai menyentuh bersama-sama (Soekanto & Sulistyowati, 2017: 58).

Tindakan saling memandang saat berjumpa dengan orang lain merupakan kontak dalam pengertian perjumpaan fisik. Namun kontak tidak selalu diikuti hubungan tatap muka atau bersifat pertemuan fisik (Damsar, 2010: 3). Kontak juga dapat berlangsung secara nonfisik, mana kala terdapat hubungan dua orang atau lebih dalam ruang yang berbeda. Kontak sosial nonfisik dimungkinkan dengan memanfaatkan teknologi informasi komunikasi seperti telepon, internet dan sebagainya.

Interaksi sosial belum terjadi apabila hanya ada kontak tanpa diiringi dengan komunikasi (Damsar, 2010: 3). Saat berangkat ke sekolah, kalian akan banyak melakukan kontak ketika berpapasan dengan banyak orang dari berbagai latar belakang yang tidak kalian kenal. Kalian boleh jadi kontak dengan polisi lalu lintas, pengendara motor, pengemis, pengamen, dan sebagainya dengan saling menatap. Namun tindakan tersebut, tidak diikuti dengan tindakan komunikasi. Guna memenuhi syarat interaksi sosial, maka kontak perlu diikuti dengan komunikasi. Secara harfiah, komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio berarti “penyampaian, pemberitahuan dan pemberian”.

Berangkat dari pengertian tersebut, maka komunikasi adalah proses penyampaian informasi timbal balik dua orang atau lebih. Informasi yang disampaikan dapat berupa kata-kata (bahasa), gerak tubuh (bahasa tubuh) serta simbol lainnya yang memiliki makna. Ketika kalian berangkat menuju sekolah misalnya, bisa jadi kontak dengan banyak orang tadi dilanjutkan dengan tindakan komunikasi. Saat berada di lampu merah, kalian bertemu dengan pengemis yang menyodorkan tangannya dan kalian membalasnya dengan gerakan melambaikan tangan. Tindakan tersebut, sekalipun tanpa kata, termasuk tindakan komunikasi karena bersifat timbal balik dan memuat makna. Pengemis menyodorkan tangannya bermakna meminta uang dan tindakan kalian melambaikan tangan bermakna menolak memberikan uang.

Demikian pula saat kalian di jalan menjumpai mobil ambulans dengan sirene meraung-meraung. Dengan simbol suara sirene, pengemudi ambulans sedang mencoba berkomunikasi dengan para pengguna jalan lainnya. Tindakan membunyikan sirene bermakna meminta jalan karena harus bergegas mengantar pasien dalam kondisi darurat ke rumah sakit. Seketika para pengguna jalan merespon pesan berupa simbol sirene dengan tindakan memberi jalan bagi mobil ambulans tadi. Tindakan-tindakan tersebut telah memenuhi syarat interaksi sosial.

FAKTOR TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
Pertanyaan berikutnya, bagaimana interaksi sosial dapat terjadi? Soekanto & Sulistyowati (2017: 58-59) menyampaikan, ada empat faktor yang membentuk interaksi sosial, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Keempat faktor tersebut dapat membentuk interaksi sosial baik secara sendiri-sendiri maupun kombinasi di antara faktor-faktor tersebut. 
  • Imitasi adalah tindakan seseorang meniru orang lain. Imitasi mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai tertentu yang berlaku yang berupa nilai positif dan negatif. 
  • Sedangkan sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau bersikap dan kemudian pandangan tersebut diterima pihak lain. Proses sugesti hampir sama dengan imitasi, tetapi titik berangkatnya berbeda.
  • Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi lebih mendalam ketimbang imitasi, dan kepribadian sesorang dapat terbentuk karena faktor ini.
  • Simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik dengan pihak lain. Dalam simpati, faktor perasaan memegang peran penting, meskipun dorongan utama simpati adalah keinginan memahami pihak lain dan bekerja sama dengan orang lain.

Tipe interaksi sosial menurut Georg Simmel meliputi interaksi yang terjadi antarindividu, interaksi yang terjadi antara individu-kelompok, dan interaksi yang terjadi antarkelompok. Sebagai contoh, interaksi kalian dengan teman sekolah sebagai individu mencerminkan interaksi sosial antarindividu. Contoh lainnya, interaksi sosial kalian dengan orang tua, saudara kandung, dan sahabat juga merupakan perwujudan dari interaksi tipe ini. Lalu, ketika guru sedang menyampaikan materi di kelas mewakili interaksi sosial individu dengan kelompok.

Dalam skala yang lebih luas interaksi tipe ini juga dapat ditemui dalam hubungan antara pemimpin dan kelompoknya. Misalnya antara tokoh agama dan jemaah atau pemimpin adat dan komunitas sukunya. Di bidang politik, misalnya hubungan pimpinan partai dan massa pendukungnya juga termasuk tipe ini. Demikian pula interaksi kalian dengan komunitas lingkungan tempat tinggal dapat dikategorikan dalam tipe ini. Sedangkan, ketika ada konflik berupa perkelahian antargeng pelajar sesungguhnya menggambarkan interaksi sosial antarkelompok. Dalam skala lebih luas, tipe ini juga dapat dijumpai dalam hubungan kerja sama dua partai atau lebih yang berkoalisi dalam pemilu. Atau kerja sama antarnegara dalam skala global melawan pandemi COVID-19 juga mewakili gambaran interaksi tipe ini. Kerjasama dan konflik merupakan variasi dari bentuk interaksi sosial yang digambarkan pada bagian sebelumnya. Persoalannya bagaimana bentuk-bentuk tersebut dijelaskan? Gillin dan Gillin (1954) menyajikan dua bentuk interaksi sosial, yaitu: 

BENTUK INTERAKSI SOSIAL
1. Interaksi Sosial Asosiatif
Proses asosiatif yang dimengerti sebagai bentuk proses sosial yang mengarah kepada kerja sama antar pihak. Proses asosiatif terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
a. Kerja sama adalah interaksi sosial manakala terdapat dua pihak atau lebih mengikatkan diri untuk memenuhi kepentingan bersama atau karena adanya persamaan tujuan. Kerja sama atau yang disebut cooperation dapat berupa koalisi dan kolaborasi. 
b. Sedangkan akomodasi merupakan upaya meredakan ketegangan karena pertentangan yang terjadi dengan cara memenuhi sebagian tuntutan dari pihak-pihak yang bertikai. Tujuan akomodasi adalah mencapai perimbangan serta mencegah membesarnya pertentangan. Variasi bentuk akomodasi misalnya kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, dan toleransi.
c. Bentuk ketiga adalah asimilasi. Asimilasi merupakan percampuran dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru. Dalam proses semacam ini, budaya baru yang terbentuk sungguh berbeda dari budaya asal yang turut membentuk budaya baru tersebut.
d. Akulturasi acap kali dipersamakan dengan proses asimilasi. Padahal sesungguhnya keduanya berbeda. Proses akulturasi merupakan proses dua budaya atau lebih berinteraksi, namun masing-masing kebudayaan tetap mempertahankan identitasnya serta batas-batas perbedaan antar budaya tidak hilang.

2. Interaksi Sosial Disosiatif
Bentuk lain yang berbalik dengan proses asosiatif adalah proses disosiatif. Interaksi ini mengarah kepada pertentangan antara pihak yang terlibat. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah kompetisi, kontravensi, dan konflik sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
a. Kompetisi adalah proses sosial bilamana para pihak yang terlibat bersaing berebut sesuatu. Hal yang menjadi sumber perebutan masing-masing pihak sangat beragam misalnya sumber daya, keuntungan, jabatan, dan status.
b. Kontravensi mewakili bentuk proses disosiatif yang lebih tinggi dibanding persaingan, tetapi tidak sampai mengalami pertentangan. Ragam bentuk kontravensi adalah penghasutan, penyangkalan, penolakan, dan pengkhianatan.
c. Konflik merupakan proses disosiatif di mana pihak yang terlibat berusaha mencapai tujuannya dengan cara menantang atau menyerang lawan termasuk dengan kekerasan. Meski dekat dengan dampak negatif, konflik memiliki sisi positif berupa menguatnya solidaritas dalam kelompok karena adanya musuh bersama. Penyebab konflik antara lain adalah perbedaan nilai, kepentingan, kebudayaan, dan sebagainya.

Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.


Interaksi Sosial - Faktor Terjadi dan Bentuk-bentuknya Interaksi Sosial - Faktor Terjadi dan Bentuk-bentuknya Reviewed by MGMP SOSIOLOGI on Januari 17, 2023 Rating: 5

1 komentar:

  1. Nama : Qonita Rezki Amaliah
    No : 16
    Kelas: XIB
    Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial positif, yang mengarah kepada kesatuan dan kerja sama, sedangkan interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang lebih mengarah kepada konflik dan perpecahan, baik individu maupun kelompok

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.