tag:blogger.com,1999:blog-73965636306154810842024-03-03T17:13:21.338+07:00MGMP SOSIOLOGIForum komunikasi, silaturahmi, dan berbagi sesama Guru mata pelajaran Sosiologi di seluruh Indonesia. Sharing bersama seputar tips dan trik model pembelajaran, media ajar, bahan evaluasi, dan perangkat mengajar Guru SosiologiUnknownnoreply@blogger.comBlogger100125tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-14129208235239478072023-09-02T17:12:00.002+07:002023-09-02T17:16:07.339+07:00Perangkat Mengajar Guru Sosiologi Kelas 11 Kurikulum Merdeka<div style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju85L4LgugnwxD5yyJLgKuaImSwtoeJsDCzEddiSdinhTP9KiZRUrJ_2rE-fcERdIRW6_q9qksteKaW83J__z5lXlclD6iPnTRh0G5-ZX27HSd_cEqhNS4rnjKjv90YbrQS_06_XIsADD2huctj2ercwuYFd29913beOksPMabQeLCdhyRnk28J2bNAS3c/s6667/perangkat-mengajar-guru-sosiologi-kelas11-kurikulum-merdeka.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju85L4LgugnwxD5yyJLgKuaImSwtoeJsDCzEddiSdinhTP9KiZRUrJ_2rE-fcERdIRW6_q9qksteKaW83J__z5lXlclD6iPnTRh0G5-ZX27HSd_cEqhNS4rnjKjv90YbrQS_06_XIsADD2huctj2ercwuYFd29913beOksPMabQeLCdhyRnk28J2bNAS3c/s16000/perangkat-mengajar-guru-sosiologi-kelas11-kurikulum-merdeka.jpg" /></a></div><br /><div>Kurikulum Merdeka adalah kurikulum baru yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada guru untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.</div><div><br /></div><div>Sebagai guru Sosiologi, saya menyadari pentingnya memiliki perangkat mengajar yang sesuai dengan ketentuan Kurikulum Merdeka. Perangkat mengajar ini akan menjadi acuan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.</div><div><br /></div><div><b>Isi Perangkat Mengajar</b></div><div>Perangkat mengajar yang saya bagikan mencakup Capaian Pembelajaran, Alur Tujuan Pembelajaran, Modul Ajar, Program Tahunan, Program Semester, Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran, dan Buku Bahan Ajar.</div><div><ul style="text-align: left;"><li>Capaian Pembelajaran adalah deskripsi penguasaan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik pada setiap fase perkembangan.</li><li>Alur Tujuan Pembelajaran adalah gambaran umum tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik pada setiap fase perkembangan.</li><li>Modul Ajar adalah panduan yang berisi berbagai komponen pembelajaran, mulai dari tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar.</li><li>Program Tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tahunannya.</li><li>Program Semester adalah rencana penetapan alokasi waktu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran semesternya.</li><li>Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran adalah kriteria yang digunakan untuk menilai ketercapaian tujuan pembelajaran.</li><li>Buku Bahan Ajar adalah sumber belajar yang digunakan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.</li></ul></div><div><br /></div><div><b>Download Perangkat Mengajar</b></div><div>Perangkat mengajar yang saya bagikan dapat diunduh melalui tautan di bawah ini:</div><div>[<a href="https://drive.google.com/drive/folders/1gihqYzLVSVBRyPJ3lHdHgpKYOdQJkTxi" target="_blank">Download Perangkat Mengajar Guru Sosiologi Kelas 11</a>]</div><div>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
<br /></div><div><b>Kesimpulan</b></div><div>Perangkat mengajar yang saya bagikan ini dapat digunakan oleh guru sosiologi untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan ketentuan Kurikulum Merdeka. Semoga bermanfaat.</div></div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-27281331257602900032023-03-28T16:00:00.000+07:002023-03-28T16:00:38.790+07:00Heterogenitas Sosial - Kelas Sosial dan Diferensiasi Sosial<div style="text-align: left;"><div>Setelah kalian belajar dari materi sebelumnya, apa yang kalian bayangkan ketika melihat masyarakat? Apakah individu-individu yang menjadi anggota masyarakat semuanya sama? Tentu kalian akan menjawab bahwa terdapat keragaman di masyarakat. Bagaimana cara kita menjelaskan tentang heterogenitas masyarakat? </div><div><br /></div><div>Dalam buku Soekanto (2009), sosiolog Pitirim A. Sorokin menjelaskan bahwa terdapat sistem lapisan masyarakat yang memiliki ciri yang tetap dan umum. Pelapisan sosial dalam hal ini dipahami sebagai pembedaan individu dan masyarakat secara bertingkat (vertikal). Mengapa terdapat pelapisan sosial? Hal ini terjadi karena terdapat sesuatu yang dihargai secara lebih di masyarakat atas individu. Misalnya seseorang yang bekerja lebih keras atau memiliki pendidikan lebih tinggi mendapatkan penghargaan yang berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang dianggap tidak bekerja atau berpendidikan rendah. Sistem ini juga dikenal sebagai meritokrasi.</div><div><br /></div><div><b>KELAS SOSIAL </b></div><div>Kelas sosial dapat dipahami sebagai kesadaran atas golongan individu atau kelompok dalam suatu lapisan tertentu di masyarakat. Ukuran dari kelas sosial adalah ekonomi (kekayaan), kekuasaan dan kehormatan (jabatan), serta pendidikan (ilmu pengetahuan). Sebagai contoh, orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki penghasilan lebih dapat dikatakan sebagai kelas atas atau kelas menengah. Demikian pula dengan masyarakat yang menganut sistem kasta dan kerajaan, golongan bangsawan dan Brahmana memiliki kekuasaan dan kekayaan sehingga termasuk kelas atas. Kalian dapat memperhatikan ilustrasi dari pelapisan sosial berkut ini untuk dapat memahami kelas sosial.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhzKCTH4leh-Gpuetf24OHR3WoWTZFm6GQAiazj9DWKTvB6pz9bXlDwNTR91Ouep72mc944tCAHazR7tnHJV4WcYsmHAT_-amWHaFLBOiBHOiIjhQcPwyPSlKDhofawdVs23pGT-3sueyTeHMIj0pjkBvijWQXzlMAi0RGXKEBMjvW249iDVWGXqG8k=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhzKCTH4leh-Gpuetf24OHR3WoWTZFm6GQAiazj9DWKTvB6pz9bXlDwNTR91Ouep72mc944tCAHazR7tnHJV4WcYsmHAT_-amWHaFLBOiBHOiIjhQcPwyPSlKDhofawdVs23pGT-3sueyTeHMIj0pjkBvijWQXzlMAi0RGXKEBMjvW249iDVWGXqG8k=s16000" /></a></div><br /><div>Piramida kelas sosial memiliki tiga lapisan masyarakat berdasarkan kelas-kelas sosial yaitu kelas bawah (lower class), kelas menengah (middle class) dan kelas atas (upper class). Ukuran dari berbagai lapisan sosial tersebut berdasarkan ukuran-ukuran tertentu, misalnya kelas buruh, kelas pengusaha, dan lain-lain. Menurut kalian mengapa kelas bawah mengindikasikan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain? Untuk menjawab pertanyaan di atas, kalian dapat menggunakan data penduduk berdasarkan pendapatan, profesi dan lain sebagainya. Data-data tersebut dapat kalian peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).</div><div><br /></div><div>Terkait dengan sistem pelapisan sosial, berdasarkan Soekanto (2009), terdapat tiga sistem lapisan sosial di suatu masyarakat, yaitu:</div><div><ul style="text-align: left;"><li><b>Pelapisan sosial terbuka</b> adalah sistem pelapisan masyakarakat yang memberikan kesempatan bagi individu untuk naik atau turun antar lapisan. Sebagai contoh, sistem ini terdapat pada masyarakat yang demokratis, yang membuka kesempatan bagi individu yang memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki posisi sosialnya. </li><li><b>Pelapisan sosial tertutup</b> adalah sistem pelapisan yang tertutup untuk pergerakan naik atau turunnya status sosial individu. Sebagai contoh, pada sistem ini terjadi di masyarakat yang masih menganut sistem kasta dan feodal.</li><li><b>Pelapisan sosial campuran</b> adalah sistem pelapisan yang terbatas untuk pergerakan naik atau turunnya status sosial individu. Sebagai contoh, sistem ini berlaku pada masyarakat yang masih memberikan keterbatasan bagi individu untuk memperbaiki posisi sosial.</li></ul></div><div><br /></div><div>Dari berbagai sistem pelapisan sosial tersebut, bagaimana sistem pelapisan sosial di tempat kalian tinggal? Kalian dapat mendiskusikan hal ini dengan teman. Menurut kalian, apakah terdapat kaitan antara masalah sosial dan pelapisan sosial? Seperti yang telah kalian saksikan pada gambar piramida kelas sosial, masyarakat kelas bawah paling banyak jumlahnya. Apabila pelapisan itu berdasarkan ekonomi maka kita dapat melihat adanya ketimpangan sosial ,perbedaan yang begitu mencolok dari kelas-kelas sosial. Kemiskinan, penggangguran merupakan contoh dari ketimpangan sosial. Data studi kasus dari publikasi Berita Resmi Statistik BPS bisa kalian amati dan refleksikan.</div><div><br /></div><div>Selain lapisan sosial secara vertikal, di masyarakat juga terdapat pembedaan individu dan masyarakat secara horizontal atau sejajar. Apabila kalian amati lagi, masyarakat kita berbeda-beda tetapi posisinya tetap sejajar atau setara. Apakah pembeda yang membentuk dari diferensiasi atau pembedaan sosial?</div><div><br /></div><div><b>DIFERENSIASI SOSIAL </b></div><div>Diferensiasi sosial adalah pembedaan individu secara horizontal atau sejajar. Dasar dari diferensiasi sosial adalah suku, ras, jenis kelamin, agama dan profesi. Mengacu pada diferensiasi sosial, individu-individu yang berada di masyarakat sangat beragam. Keberagaman individu berdasarkan suku, agama, jenis kelamin dan profesi. Profesi dalam hal ini mengacu pada keahlian yang dimiliki oleh individu, bukan pada jumlah kekayaan yang dimilikinya. Berdasarkan portal resmi Indonesia.go.id, data dari sensus BPS tahun 2010, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa. Bahkan terdapat 1.340 suku bangsa di tanah air.</div><div><br /></div><div>Menurut kalian, dengan keragaman suku yang menunjukkan diferensiasi sosial masyarakat Indonesia, potensi masalah apa yang kemungkinan muncul? Selain itu juga dapat mengidentifikasi berbagai kelebihan yang dimiliki berdasarkan keragaman suku yang ada. Beberapa hal yang terkait dengan stereotip dan prasangka merupakan tantangan dari heterogenitas masyarakat. Pelapisan sosial dan diferensiasi sosial selain memberikan kesempatan bagi individu untuk saling belajar, termotivasi dan mengembangkan toleransi. Tetapi, sebaliknya apabila stereotip dan prasangka antar berbagai kelompok dan kelas sosial yang berbeda, disintegrasi sosial, konflik sosial adalah salah satu tantangan dari heterogenitas masyarakat. Secara lebih lanjut, kalian dapat belajar tentang stereotip dan prasangka secara khusus pada kajian tentang hubungan antar kelompok sosial yang juga menjadi studi sosiologi.</div><div><br /></div><div>Tentu sebagai pelajar kalian dapat bersikap dan menilai, perilaku positif apa yang mesti dikembangkan? Kebebasan individu dalam hidup bersama dibatasi oleh norma dan kebebasan individu lainnya, oleh karena itu sebagai manusia kita memiliki hak asasi yang sama. Selain individu dan kelompok di masyarakat berbeda, di dalam heterogenitas (keragaman) juga terdapat homogenitas, misalnya persamaan yang dibangun berdasarkan suku yang sama, misalnya sesama Suku Sunda, sesama Suku Melayu. Ikatan ini berdasarkan pada persamaan nenek moyang, asal daerah, dan budaya. Sedangkan persamaan juga dibangun dari kondisi yang sama, hal ini berdasarkan pada posisi dan peran sosial, misalnya sebagai siswa. Saat hidup bersama terdapat keragaman (heterogenitas) dan kesamaan (homogenitas). Penting bagi kita untuk menyikapi kondisi tersebut secara arif dan bijaksana.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-11663126475185447372023-02-15T06:31:00.000+07:002023-02-15T06:31:46.619+07:00Lembaga Sosial - Definisi, Proses Terciptanya, Jenis-jenis, dan Fungsinya<div style="text-align: left;"><div>Lembaga sosial yang kalian pelajari pada bagian ini merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Berbagai padanan dari istilah lembaga sosial adalah pranata sosial dan institusi sosial. Kita sebagai mahluk sosial membutuhkan hidup bersama, berkelompok dan berorganisasi dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Wujud dan bentuk dari hidup berkelompok adalah lembaga sosial. Kita memiliki keluarga, memiliki guru, melakukan konsumsi adalah contoh bahwa hidup manusia selalu melekat dan terkait dengan lembaga sosial. Identitas kita, misalnya anaknya siapa, siswa dari sekolah mana, agama apa yang dianut, menunjukkan kedekatan kita dengan lembaga sosial. Termasuk status sosial kita, yang menunjukkan individu sebagai apa dan perannya apa, sangat terkait dengan lembaga sosial.</div><div><br /></div><div><b>DEFINISI LEMBAGA SOSIAL</b></div><div>Berbagai bentuk dari lembaga sosial yang menentukan identitas, status, dan peran individu adalah keluarga, pendidikan, agama, ekonomi dan politik. Sebelum lebih jauh kita belajar tentang lembaga sosial, mari kita pelajari bagaimana para sosiolog mendefinisikan lembaga sosial. Berikut definisi dari lembaga sosial yang dijelaskan oleh para sosiolog yang dirangkum oleh Soekanto (2009): </div><div><ul style="text-align: left;"><li><b>Horton</b> dan <b>Hunt</b> menjelaskan, lembaga sosial adalah sistem norma untuk mencapai tujuan atau kegiatan yang menurut masyarakat penting.</li><li><b>Robert Mac Iver</b> dan <b>C.H. Page</b> menyatakan lembaga sosial adalah prosedur atau tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.</li><li><b>Koentjaraningrat</b> menjelaskan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan yang kompleks dalam kehidupan masyarakat.</li></ul></div><div><br /></div><div>Dijelaskan oleh Soekanto, bahwa lembaga sosial dan pranata sosial saling berkaitan, seperti pendapat dari para ilmuwan sosial di atas yang memiliki kesamaan yaitu Koentjaraningrat (1964) yang menekankan pada sistem tata kelakuan, lalu Horton dan Hunt menekankan pada sistem norma dan Robert Mac Iver dan C.H. Page juga menekankan pada prosedur dan tata cara. Hal ini terkait erat dengan norma. Berdasarkan KBBI, norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima. Sedangkan pengendalian sosial dalam hal ini dipahami sebagai pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat. Dapatkah kalian mencari contoh mengenai pengendalian sosial di lingkungan tempat tinggal kalian?</div><div><br /></div><div><b>PROSES LEMBAGA SOSIAL DARI NORMA MENJADI LEMBAGA SOSIAL</b></div><div>Proses terjadi dan berkembangnya lembaga sosial berawal dari norma yang telah terbentuk dalam suatu masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Misalnya, mengapa manusia berkeluarga? Mengapa manusia bersekolah? Mengapa manusia beragama? berkaitan dengan norma. Berdasarkan tingkatan dan daya ikatnya, secara sosiologis terdapat empat norma yaitu</div><div><ol style="text-align: left;"><li>Cara (usage)</li><li>Kebiasaan (folkways)</li><li>Tata kelakuan (mores)</li><li>Adat istiadat (custom)</li></ol></div><div><br /></div><div>Dijelaskan pula oleh Soekanto (2009) bahwa norma sudah terlembaga (rutin dilakukan) apabila telah diketahui, dipahami, ditaati dan dihargai oleh individu. Contohnya, seseorang yang melanggar norma, menurut kalian apakah hal tersebut menunjukkan bahwa norma tersebut belum terlembaga? Bagaimana jika dia melanggar karena belum mengetahui adanya norma tersebut? Untuk melembagakan norma agar dipatuhi oleh individu dalam suatu masyarakat, maka terdapat sistem pengendalian sosial. Misalnya, agar aturan dipatuhi oleh individu, terdapat kontrol yang dilakukan masyarakat dan lembaga pemerintah. Sebagai contoh teman kalian melanggar aturan sekolah yaitu terlambat, terdapat kontrol yang dilakukan oleh sekolah yaitu guru kalian yang mengawasi kedatangan kalian di sekolah, bahkan pelanggaran kalian dicatat dan terdapat konsekuensi dari pelanggaran tersebut. Berkaca dari kasus di atas, apa yang kalian rasakan dari keberadaan pengendalian sosial agar norma dapat berjalan dengan baik?</div><div><br /></div><div>Terdapat dua alasan mengapa terdapat sistem pengendalian sosial, yaitu:</div><div>1. Pengendalian sosial sebagai bentuk preventif (pencegahan) agar tidak dilanggar, tidak diulang dan tidak ditiru oleh individu lainnya. </div><div>2. Pengendalian sosial dapat dianggap sebagai represif (tekanan) yang dirasakan oleh individu karena mendorong individu untuk mematuhi aturan.</div><div><br /></div><div><b>JENIS LEMBAGA SOSIAL </b></div><div>Lembaga sosial atau dapat disebut sebagai lembaga kemasyarakatan, secara sederhana dapat dipahami sebagai seperangkat norma yang mengatur, mengendalikan tindakan individu dalam kehidupan bersama. Seperti yang dijelaskan oleh teori fungsionalisme struktural, masyarakat terdiri dari berbagai sistem yang masing-masing memiliki fungsi, lembaga sosial dalam pandangan ini dianggap memiliki fungsi dalam menjaga keseimbangan dan keteraturan masyarakat. Untuk menjaga berjalannya norma, pengendalian sosial haruslah ada dan dilakukan. Lembaga sosial yang melekat dalam keseharian hidup individu harus mengatur dan mengontrol perilaku individu. Apa yang seharusnya dilakukan oleh individu, sebagai contoh terkait dengan lembaga keluarga, apabila terdapat individu yang belum menikah atau tidak menikah, selalu ada pertanyaan dari masyarakat, “Kapan menikah?” Menurut kalian mengapa hal ini dapat terjadi? Berdasarkan teori struktural fungsional dan teori konflik mungkin berbeda. Perilaku individu yang dianggap tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan harapan masyarakat akan dianggap sebagai pelanggar. Bagaimana menurut pendapat kalian?</div><div><br /></div><div>Di sisi lain, teori konflik memiliki pendapat yang berbeda. Teori konflik menganggap masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang saling bertentangan. Ketika terjadi pelanggaran atau masalah sosial, hal ini menunjukkan kemungkinan terdapat ketimpangan atau distribusi yang tidak merata di suatu masyarakat. Misalnya ketika melihat tindakan kriminal dan protes sosial, teori konflik akan mengaitkannya dengan data kemiskinan, pengangguran, dan berbagai ketimpangan sosial yang terjadi di suatu masyarakat. Ketika terdapat individu yang melakukan protes, teori konflik akan melihat ini sebagai bentuk perlawanan terhadap pengendalian sosial yang bersifat represif atau menekan. Untuk mempelajari berbagai teori ini secara lebih lanjut, kalian dapat menemukannya dari berbagai sumber dan studi lanjutan di perguruan tinggi. Berbagai jenis dari lembaga sosial yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat yaitu lembaga keluarga, lembaga agama, lembaga politik, lembaga Pendidikan dan lembaga ekonomi. Beberapa penjelasan seperti yang dirangkum oleh Macionis (2008) sebagai berikut:</div><div><br /></div><div><b>1. Lembaga Keluarga</b></div><div>Konsep dasar tentang keluarga dipahami sebagai institusi sosial yang hampir terdapat di berbagai masyarakat, di mana dalam keluarga terdapat individu-individu yang saling bekerja sama, merawat dan melindungi. Keterikatan dalam keluarga biasanya disebut sebagai kekerabatan. Konsep kekerabatan adalah ikatan sosial berdasarkan nenek moyang, perkawinan ataupun adopsi. Contoh norma dalam lembaga keluarga, adalah UU Pernikahan, aturan mengenai warisan, dan lain-lain.</div><div><br /></div><div><b>2. Lembaga Politik </b></div><div>Lembaga politik menurut Macionis (2008) dipahami sebagai institusi sosial yang mendistribusikan kekuasaan, mengatur tujuan masyarakat dan membuat keputusan atau kebijakan. Bentuk dari lembaga politik adalah negara, partai politik dan lain-lain. Contoh norma dalam lembaga politik adalah UU Dasar suatu negara, UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum dan lain-lain.</div><div><br /></div><div><b>3. Lembaga Pendidikan</b></div><div>Lembaga pendidikan menurut Macionis (2008) adalah institusi sosial yang disediakan oleh masyarakat untuk meyiapkan, mendidik anggotanya agar memiliki pengetahuan, ketrampilan akan norma dan nilai sosial budaya suatu masyarakat. Contoh dari lembaga pendidikan adalah sekolah, pondok pesantren, lembaga kursus, lembaga pelatihan dan lain sebagainya. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhSMkDWqlROx8lfu-_0eu6-L9wwH7BPpdTPp_wnCp2TqUFXRjatcLFNSp8jRxCsyVTKoMcxnMXbkOn9KAqLxhIa0cnj9E-bvo1BOWBVLd4Q23JfriVypQifwszYm58uZVtBrrf8z-dPd4sryLZydJl77DsIaBOej49SPLVOjmNzJsxreQk3LprFlBxx=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhSMkDWqlROx8lfu-_0eu6-L9wwH7BPpdTPp_wnCp2TqUFXRjatcLFNSp8jRxCsyVTKoMcxnMXbkOn9KAqLxhIa0cnj9E-bvo1BOWBVLd4Q23JfriVypQifwszYm58uZVtBrrf8z-dPd4sryLZydJl77DsIaBOej49SPLVOjmNzJsxreQk3LprFlBxx=s16000" /></a></div><div><br /></div><div><b>4. Lembaga Agama</b></div><div>Lembaga agama dalam konsep institusi sosal dipahami sebagai institusi penting yang mengatur kehidupan masyarakat dan bermasyarakat. Agama berkaitan dengan sesuatu yang sakral dan </div><div>suci, ajaran, dan kepercayaan yang membimbing manusia. Contoh dari lembaga agama yang terdapat di Indonesia adalah lembaga agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Agama Konghucu dan lain sebagainya.</div><div><br /></div><div><b>5. Lembaga Ekonomi</b></div><div>Lembaga ekonomi menurut Macionis (2008) adalah institusi sosial yang mengatur kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi barang dan jasa. Contoh lembaga ekonomi adalah perusahaan, toko, lembaga keuangan dan lain-lain.</div><div><br /></div><div><b>FUNGSI LEMBAGA SOSIAL</b></div><div>Setelah kalian memahami berbagai jenis lembaga sosial, lalu bagaimana dengan fungsi lembaga sosial dalam kehidupan masyarakat? Terdapat dua fungsi lembaga sosial, yaitu:</div><div>1. <b>Fungsi Laten</b> secara sederhana dipahami sebagai fungsi yang tersembunyi yang tidak disadari oleh anggota suatu lembaga sosial. Sebagai contoh, fungsi laten lembaga pendidikan adalah mengurangi fungsi pengawasan orang tua dikarenakan orang tua telah mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada sekolah. </div><div>2. <b>Fungsi manifes</b> dapat dipahami sebagai fungsi yang dikehendaki, disadari dan diakui oleh anggota suatu masyarakat. Sebagai contoh, fungsi manifest dari lembaga Pendidikan adalah mencetak dan menyiapkan generasi muda agar terampil dan siap kerja. Lalu secara umum apa fungsi dari lembaga sosial? Dijelaskan oleh Kamanto (2004) bahwa masing-masing lembaga sosial memiliki fungsi masing-masing secara khusus, baik fungsi laten maupun manifestasinya.</div><div><br /></div><div>Tentu kalian dapat mengeksplorasinya dan mencari fungsi secara khusus dari berbagai lembaga sosial dan berbagai sumber belajar. Beberapa fungsi umum lembaga sosial seperti yang dirangkum oleh Soekanto (2009:171) adalah sebagai berikut:</div><div><ol style="text-align: left;"><li>Memberikan pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana mereka berperilaku, menghadapi tantangan atau masalah dan memenuhi kebutuhan.</li><li>Menjaga keutuhan masyarakat.</li><li>Memberikan pegangan dengan cara melakuan pengendalian sosial.</li></ol></div><div><br /></div><div>Lalu menurut kalian adakah fungsi lainnya? Selain fungsi yang telah disebutkan di atas. Untuk menjawab pertanyaan ini, kalian dapat mengembangkan pengamatan kalian bagaimana fungsi-fungsi lembaga sosial di masyarakat yang kalian amati.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-12951813502119274052023-01-24T07:53:00.000+07:002023-01-24T07:53:43.447+07:00Identitas Sosial - Pengertian, Pembentukan, dan Konsekuensinya<div style="text-align: left;"><div>Bagaimana kalian dikenal sebagai seseorang? Apakah dari nama, kalian akan dikenal? Bagaimana cara membedakan jika di antara kalian ternyata memiliki nama yang sama? Adakah hal lain yang membedakan satu orang dengan orang lain? Sederet pertanyaan tersebut sesungguhnya sedang mengajak kalian untuk mendiskusikan tentang identitas. Perbincangan tentang identitas tidak hanya berhenti pada aspek pembeda yang ada dalam identitas. Diskusi tentang identitas juga menyangkut bagaimana identitas dibentuk dan terbentuk serta konsekuensi identitas dan refleksi atas konsekuensi identitas tersebut. </div><div><br /></div><div><b>PENGERTIAN IDENTITAS SOSIAL</b></div><div>Lalu, apa yang dipahami sebagai identitas itu? Dalam KBBI, kata identitas mengandung pengertian “ciri-ciri, keadaan khusus seseorang, atau jati diri.” Sedangkan Kamus Merriam-Webster menawarkan penjelasan lebih jauh tentang definisi identitas, yaitu sebagai kesamaan ciri-ciri antar beberapa manusia serta ciri-ciri yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Ringkasnya, identitas merupakan ciri-ciri yang melekat dan tertanam dalam diri setiap manusia. Pada umumnya identitas disandarkan pada ciri yang bersifat alamiah, seperti jenis kelamin atau identitas berbasis genetik seperti ras. Identitas jenis ini biasanya lebih mudah dikenali secara fisik.</div><div><br /></div><div>Namun ada pula identitas yang tidak berangkat dari ciri-ciri alamiah, namun karena dilekatkan secara sosial seperti identitas berbasis agama dan suku/etnis. Identitas jenis ini dapat diamati melalui praktik-praktik kehidupan sosial seseorang, misalnya praktik beribadah atau tradisi yang dirawat dan diwariskan oleh suku-suku yang ada. Pada suku tertentu terdapat kebiasaan menambahkan nama marga atau nama keluarga pada keturunan dari suku/marga tersebut. </div><div><br /></div><div>Gagasan tentang identitas bahkan berkembang tidak hanya berbasis Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). Identitas juga dapat dikaitkan dengan ciri-ciri seperti gaya hidup, keyakinan, bahkan orientasi seksual. Dalam gaya hidup misalnya identitas ditemukan pada kebiasaan makan yang melahirkan identitas vegan (tidak memakan daging/vegetarian) atau bagi kalian yang memiliki hobi bola biasanya teridentifikasi sebagai anggota dari klub suporter. Keyakinan atau ideologi juga dapat menjadi dasar identitas seperti sosialis, penganut liberal, dan sebagainya. Secara singkat, identitas adalah cerminan diri yang berasal dari gender, tradisi, etnis dan proses sosialisasi.</div><div><br /></div><div><b>PEMBENTUKAN IDENTITAS SOSIAL</b></div><div>Manusia sebagai mahluk yang berpikir sebagaimana dikatakan Aristoteles. Sebagai mahluk berpikir, maka yang menyadari keberadaan mahluk yang lain adalah manusia, bukan mahluk yang lain tersebut. Ketika berpikir, manusia mempertanyakan keberadaan atau eksistensi dirinya. Manusia menjadi mahkluk yang terus menerus mencari identitas dirinya. Kondisi tersebut tidak terjadi pada mahkluk-mahkluk lainnya. Dengan demikian identitas dipahami sebagai kesadaran tentang konsep diri. Konsep diri merupakan integrasi gambaran diri yang dibayangkan sendiri dan yang diterima dari orang lain tentang apa dan siapa dirinya, serta peran apa yang dapat dilakukan dalam kaitan dengan diri sendiri serta orang lain.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjttgqbWkBzSkdHjN4DfX6NgqMdgJyyZ-vyi3LIBam-bIKdK351K0UXGeNatrAth5ifLbJd6pMKuXCQq23hq4o9m3VRX8J_p7u8pCg0tv43Sj5Z2e4ZHgO1UGowEUxdqADqZM_xcuk157aJPshdBcOnys4BadyflixBZxr4VQ8N99K9QdgbE3BybH3Z=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjttgqbWkBzSkdHjN4DfX6NgqMdgJyyZ-vyi3LIBam-bIKdK351K0UXGeNatrAth5ifLbJd6pMKuXCQq23hq4o9m3VRX8J_p7u8pCg0tv43Sj5Z2e4ZHgO1UGowEUxdqADqZM_xcuk157aJPshdBcOnys4BadyflixBZxr4VQ8N99K9QdgbE3BybH3Z=s16000" /></a></div><br /><div>Dari pengertian tersebut, gambaran diri tersebut menyoal tentang bagaimana proses pembentukan identitas di mana identitas terbentuk dan dibentuk. Sebagaimana disampaikan oleh Stuart Hall (1990), pembentukan identitas dapat diteropong dalam dua cara pandang, yaitu identitas sebagai wujud (identity as being) dan identitas sebagai proses menjadi (identity as becaming). Identitas dalam perspektif pertama ditempatkan sebagai ciri-ciri yang terbentuk. Identitas semacam ini diterima sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi oleh para penggunanya. Ciri-ciri ini melekat sejak dari awal permulaan. Ia terbentuk secara alamiah atau dengan sendirinya. Suatu ciri yang dimiliki bersama serta berada dalam diri banyak orang di mana mereka dipersatukan kesamaan genetik, ikatan darah, sejarah dan leluhur. Sudut pandang ini lebih melihat ciri fisik untuk mengidentifikasi mereka sebagai suatu kelompok.</div><div><br /></div><div>Sedangkan dalam cara pandang kedua, identitas dipahami sebagai ciri-ciri yang dibentuk melalui proses sosial. Identitas sebagai “proses menjadi”, mengandaikan ciri-ciri tidak bersifat alamiah namun dibentuk secara sosial. Ciri-ciri tersebut ditanamkan baik secara individual maupun kelompok melalui proses-proses sosialisasi. Pada tingkat kelompok identitas semacam ini mewujud dalam kesamaan ide, gagasan, nilai, kebiasaan-kebiasaan baru yang menghasilkan praktik-praktik kehidupan sosial baru. Karena itu, identitas ini tidak dikenali dari ciri-ciri lahiriyah.</div><div><br /></div><div>Pembentukan identitas juga terkait relasi antara identitas diri dan identitas sosial. Eric Fromm (1947), seorang pakar psiko-sosial menyatakan identitas diri dapat dibedakan antara satu individu dengan lainnya. Namun identitas diri tidak dapat dilepaskan dari identitas sosial individu dalam konteks komunitasnya. Selain sebagai makhluk individual, manusia sekaligus juga mahkluk sosial. Dalam membangun identitas dirinya, manusia tidak dapat mengabaikan diri dari norma yang mengikat semua warga di mana ia hidup. Identitas tersebut juga menentukan peran sosial apa yang seharusnya dijalankan dalam masyarakat. </div><div><br /></div><div><b>KONSEKUENSI IDENTITAS SOSIAL: EKSKLUSI DAN INKLUSI</b></div><div>Akhir-akhir ini, terjadi banyak konflik yang berakhir dengan jatuhnya korban jiwa. Adakah kalian pernah berfikir bagaimana konflik-konflik tersebut dapat terjadi? Di kalangan pelajar acapkali kita menyaksikan tawuran antarsekolah. Konflik juga dapat berupa tawuran antarkampung, perkelahian massal suporter bola, hingga konflik paling sensitif yakni konflik berbasis SARA. Beragam konflik yang terjadi jika dilihat dari jenis konflik yang ada, berpangkal pada satu hal yakni identitas.</div><div><br /></div><div>Identitas menjadi dasar bagi seseorang untuk mengikatkan dirinya pada komunitas atau kelompoknya. Ikatan tersebut memunculkan kedekatan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan identitas. Kelompok juga membuka diri bagi individu-individu yang memilki kesamaan identitas. Proses membuka diri terhadap individu yang memiliki kesamaan identitas inilah yang dikenal dengan watak inklusif. Ikatan-ikatan inilah yang pada akhirnya membuat perbedaan antar kelompok.</div><div><br /></div><div>Dari identitas melahirkan perasaan dan keinginan untuk membedakan satu di antara yang lain. Dorongan untuk membedakan diri dengan orang lain pada gilirannnya akan memicu pemikiran superioritas. Dorongan semacam ini dapat berupa merasa kelompok sendiri paling unggul atau paling benar, dan sebagainya, sementara kelompok lain lebih rendah atau salah. Pada titik ini sesungguhnya kelompok ini menjadi eksklusif atau membatasi dirinya dengan kelompok lain.</div><div><br /></div><div>Eksklusifitas sangat rawan menyinggung pihak lain yang tidak sepaham dengannya. Pemikiran tersebut dapat memicu ketegangan antarpihak yang dapat berujung konflik sosial. Keragaman identitas di Indonesia seharusnya dipandang sebagai kekayaan identitas di mana kekayaan tersebut justru menjadi kekuatan bangsa dalam menatap masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan bagi setiap kelompok anak bangsa dalam mengembangkan karakter inklusifnya.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-75676469624906227352023-01-23T06:40:00.004+07:002023-01-29T11:37:59.350+07:00Slide Pembelajaran Sosiologi<div style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLxfG7xyFB6SDB6BAKQSKaMa7DzCArnKNLcUAS4ICjMDS5Fy41PgKnlvNtNGBtfL-B7JepdOD94IH4h4y9dqCTk_SRSp2GR5ZBKKFt18TgRb7JIXY08qjO-ifwaRh8hljaYFoZ7A1OQvW7xtYDjKY-sNNyz1zHcX2sXtFGxrWzT25mDxDb7cvxe21WkQ/s1920/Slide%20Pembelajaran%20Sosiologi.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLxfG7xyFB6SDB6BAKQSKaMa7DzCArnKNLcUAS4ICjMDS5Fy41PgKnlvNtNGBtfL-B7JepdOD94IH4h4y9dqCTk_SRSp2GR5ZBKKFt18TgRb7JIXY08qjO-ifwaRh8hljaYFoZ7A1OQvW7xtYDjKY-sNNyz1zHcX2sXtFGxrWzT25mDxDb7cvxe21WkQ/s16000/Slide%20Pembelajaran%20Sosiologi.png" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><b>Slide Pembelajaran Sosiologi</b> - Kami sediakan slide pembelajaran ini untuk memudahkan rekan-rekan Guru Sosiologi dalam menyampaikan materi esensial Sosiologi. Slide pembelajaran ini dibuat dengan menggunakan aplikasi Canva for Education. Dilengkapi dengan animasi elemen serta aktivitas siswa diakhir sesi pembelajaran. Silakan dipergunakan sebaik-baiknya. Semoga bermanfaat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Kelas 10</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAHP" target="_blank">Pengantar Ilmu Sosiologi</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAI4" target="_blank">Fungsi dan Peran Ilmu Sosiologi</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAIp" target="_blank">Realitas [Fakta] Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAIv" target="_blank">Identitas Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAIW" target="_blank">Sosialiasi</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAJ5" target="_blank">Tindakan Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAJe" target="_blank">Interaksi Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAJL" target="_blank">Lembaga Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAK0" target="_blank">Nilai dan Norma Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAKf" target="_blank">Gejala Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAKx" target="_blank">Penyimpangan Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAKV" target="_blank">Pengendalian Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAL4" target="_blank">Rancangan Penelitian Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wALm" target="_blank">Penyusunan Penelitian Sosial</a></li></ul></div><div style="text-align: justify;">
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Kelas 11</b></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wALN" target="_blank">Kelompok Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAM5" target="_blank">Klasifikasi Kelompok Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAMh" target="_blank">Relasi Kelompok Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAMI" target="_blank">Permasalahan Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAMO" target="_blank">Bentuk Permasalahan Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAMX" target="_blank">Solusi Permasalahan Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAN9" target="_blank">Mobilitas Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wANc">Stratifikasi Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wANl">Diferensiasi Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wANG" target="_blank">Konflik Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wANP" target="_blank">Klasifikasi Konflik Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAO4" target="_blank">Dampak Konflik Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAOd" target="_blank">Resolusi Konflik Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAOv" target="_blank">Integrasi Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAOK" target="_blank">Faktor Integrasi Integrasi</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAOW" target="_blank">Proses Integrasi Sosial</a></li><li style="text-align: justify;"><a href="https://s.id/1wAPk" target="_blank">Bentuk Integrasi Sosial</a></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-75760827379646040242023-01-17T10:41:00.000+07:002023-01-17T10:41:11.295+07:00Interaksi Sosial - Faktor Terjadi dan Bentuk-bentuknya<div style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhpj9KTTgPesM1qrUwWie7Tr3zATAzjItNsneoxFJTfJwaPIfuDJyq-HHOKUVoeuun3lZEFIWNE-Y99zkbHfgBM7gh_Vare7z_hgYfAUv4qUYIdzP7Vl_K9_MS6fP83i6GXLfIJvg7iyqLd90v9L9CAbXbUtpt9ne6rgE5f5t1xF9gCqLkd3dca6FaS=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhpj9KTTgPesM1qrUwWie7Tr3zATAzjItNsneoxFJTfJwaPIfuDJyq-HHOKUVoeuun3lZEFIWNE-Y99zkbHfgBM7gh_Vare7z_hgYfAUv4qUYIdzP7Vl_K9_MS6fP83i6GXLfIJvg7iyqLd90v9L9CAbXbUtpt9ne6rgE5f5t1xF9gCqLkd3dca6FaS=s16000" /></a></div><br /><div>Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa membangun hubungan dengan orang lain. Dengan kata lain, manusia selalu melakukan interaksi sosial. Lalu, apakah yang dimaksud dengan interaksi sosial? Syarat-syarat apa saja yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial? Mari kita bedah lebih dalam pengertian interaksi sosial dengan melihat syarat-syarat terjadinya interaksi sosial. Tindakan sosial bersifat timbal balik tadi memuat adanya: pertama, kontak sosial dan; kedua, komunikasi. Kontak sosial merupakan syarat awal bagi terjadinya interaksi sosial. Berasal dari bahasa Latin cum yang bermakna “bersama-sama” dan tango yang berarti “menyentuh”, secara harfiah kontak dimengerti sebagai menyentuh bersama-sama (Soekanto & Sulistyowati, 2017: 58).</div><div><br /></div><div>Tindakan saling memandang saat berjumpa dengan orang lain merupakan kontak dalam pengertian perjumpaan fisik. Namun kontak tidak selalu diikuti hubungan tatap muka atau bersifat pertemuan fisik (Damsar, 2010: 3). Kontak juga dapat berlangsung secara nonfisik, mana kala terdapat hubungan dua orang atau lebih dalam ruang yang berbeda. Kontak sosial nonfisik dimungkinkan dengan memanfaatkan teknologi informasi komunikasi seperti telepon, internet dan sebagainya.</div><div><br /></div><div>Interaksi sosial belum terjadi apabila hanya ada kontak tanpa diiringi dengan komunikasi (Damsar, 2010: 3). Saat berangkat ke sekolah, kalian akan banyak melakukan kontak ketika berpapasan dengan banyak orang dari berbagai latar belakang yang tidak kalian kenal. Kalian boleh jadi kontak dengan polisi lalu lintas, pengendara motor, pengemis, pengamen, dan sebagainya dengan saling menatap. Namun tindakan tersebut, tidak diikuti dengan tindakan komunikasi. Guna memenuhi syarat interaksi sosial, maka kontak perlu diikuti dengan komunikasi. Secara harfiah, komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio berarti “penyampaian, pemberitahuan dan pemberian”.</div><div><br /></div><div>Berangkat dari pengertian tersebut, maka komunikasi adalah proses penyampaian informasi timbal balik dua orang atau lebih. Informasi yang disampaikan dapat berupa kata-kata (bahasa), gerak tubuh (bahasa tubuh) serta simbol lainnya yang memiliki makna. Ketika kalian berangkat menuju sekolah misalnya, bisa jadi kontak dengan banyak orang tadi dilanjutkan dengan tindakan komunikasi. Saat berada di lampu merah, kalian bertemu dengan pengemis yang menyodorkan tangannya dan kalian membalasnya dengan gerakan melambaikan tangan. Tindakan tersebut, sekalipun tanpa kata, termasuk tindakan komunikasi karena bersifat timbal balik dan memuat makna. Pengemis menyodorkan tangannya bermakna meminta uang dan tindakan kalian melambaikan tangan bermakna menolak memberikan uang.</div><div><br /></div><div>Demikian pula saat kalian di jalan menjumpai mobil ambulans dengan sirene meraung-meraung. Dengan simbol suara sirene, pengemudi ambulans sedang mencoba berkomunikasi dengan para pengguna jalan lainnya. Tindakan membunyikan sirene bermakna meminta jalan karena harus bergegas mengantar pasien dalam kondisi darurat ke rumah sakit. Seketika para pengguna jalan merespon pesan berupa simbol sirene dengan tindakan memberi jalan bagi mobil ambulans tadi. Tindakan-tindakan tersebut telah memenuhi syarat interaksi sosial.</div><div><br /></div><div><b>FAKTOR TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL</b></div><div>Pertanyaan berikutnya, bagaimana interaksi sosial dapat terjadi? Soekanto & Sulistyowati (2017: 58-59) menyampaikan, ada empat faktor yang membentuk interaksi sosial, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Keempat faktor tersebut dapat membentuk interaksi sosial baik secara sendiri-sendiri maupun kombinasi di antara faktor-faktor tersebut. </div><div><ul style="text-align: left;"><li><b>Imitasi</b> adalah tindakan seseorang meniru orang lain. Imitasi mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai tertentu yang berlaku yang berupa nilai positif dan negatif. </li><li>Sedangkan <b>sugesti</b> berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau bersikap dan kemudian pandangan tersebut diterima pihak lain. Proses sugesti hampir sama dengan imitasi, tetapi titik berangkatnya berbeda.</li><li><b>Identifikasi</b> merupakan kecenderungan-kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi lebih mendalam ketimbang imitasi, dan kepribadian sesorang dapat terbentuk karena faktor ini.</li><li><b>Simpati</b> merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik dengan pihak lain. Dalam simpati, faktor perasaan memegang peran penting, meskipun dorongan utama simpati adalah keinginan memahami pihak lain dan bekerja sama dengan orang lain.</li></ul></div><div><br /></div><div>Tipe interaksi sosial menurut Georg Simmel meliputi interaksi yang terjadi antarindividu, interaksi yang terjadi antara individu-kelompok, dan interaksi yang terjadi antarkelompok. Sebagai contoh, interaksi kalian dengan teman sekolah sebagai individu mencerminkan interaksi sosial antarindividu. Contoh lainnya, interaksi sosial kalian dengan orang tua, saudara kandung, dan sahabat juga merupakan perwujudan dari interaksi tipe ini. Lalu, ketika guru sedang menyampaikan materi di kelas mewakili interaksi sosial individu dengan kelompok.</div><div><br /></div><div>Dalam skala yang lebih luas interaksi tipe ini juga dapat ditemui dalam hubungan antara pemimpin dan kelompoknya. Misalnya antara tokoh agama dan jemaah atau pemimpin adat dan komunitas sukunya. Di bidang politik, misalnya hubungan pimpinan partai dan massa pendukungnya juga termasuk tipe ini. Demikian pula interaksi kalian dengan komunitas lingkungan tempat tinggal dapat dikategorikan dalam tipe ini. Sedangkan, ketika ada konflik berupa perkelahian antargeng pelajar sesungguhnya menggambarkan interaksi sosial antarkelompok. Dalam skala lebih luas, tipe ini juga dapat dijumpai dalam hubungan kerja sama dua partai atau lebih yang berkoalisi dalam pemilu. Atau kerja sama antarnegara dalam skala global melawan pandemi COVID-19 juga mewakili gambaran interaksi tipe ini. Kerjasama dan konflik merupakan variasi dari bentuk interaksi sosial yang digambarkan pada bagian sebelumnya. Persoalannya bagaimana bentuk-bentuk tersebut dijelaskan? Gillin dan Gillin (1954) menyajikan dua bentuk interaksi sosial, yaitu: </div><div><br /></div><div><b>BENTUK INTERAKSI SOSIAL</b></div><div>1. <b>Interaksi Sosial Asosiatif</b></div><div>Proses asosiatif yang dimengerti sebagai bentuk proses sosial yang mengarah kepada kerja sama antar pihak. Proses asosiatif terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:</div><div>a. <b>Kerja sama</b> adalah interaksi sosial manakala terdapat dua pihak atau lebih mengikatkan diri untuk memenuhi kepentingan bersama atau karena adanya persamaan tujuan. Kerja sama atau yang disebut cooperation dapat berupa koalisi dan kolaborasi. </div><div>b. Sedangkan <b>akomodasi</b> merupakan upaya meredakan ketegangan karena pertentangan yang terjadi dengan cara memenuhi sebagian tuntutan dari pihak-pihak yang bertikai. Tujuan akomodasi adalah mencapai perimbangan serta mencegah membesarnya pertentangan. Variasi bentuk akomodasi misalnya kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, dan toleransi.</div><div>c. Bentuk ketiga adalah <b>asimilasi</b>. Asimilasi merupakan percampuran dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru. Dalam proses semacam ini, budaya baru yang terbentuk sungguh berbeda dari budaya asal yang turut membentuk budaya baru tersebut.</div><div>d. <b>Akulturasi</b> acap kali dipersamakan dengan proses asimilasi. Padahal sesungguhnya keduanya berbeda. Proses akulturasi merupakan proses dua budaya atau lebih berinteraksi, namun masing-masing kebudayaan tetap mempertahankan identitasnya serta batas-batas perbedaan antar budaya tidak hilang.</div><div><br /></div><div>2. <b>Interaksi Sosial Disosiatif</b></div><div>Bentuk lain yang berbalik dengan proses asosiatif adalah proses disosiatif. Interaksi ini mengarah kepada pertentangan antara pihak yang terlibat. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah kompetisi, kontravensi, dan konflik sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:</div><div>a. <b>Kompetisi</b> adalah proses sosial bilamana para pihak yang terlibat bersaing berebut sesuatu. Hal yang menjadi sumber perebutan masing-masing pihak sangat beragam misalnya sumber daya, keuntungan, jabatan, dan status.</div><div>b. <b>Kontravens</b>i mewakili bentuk proses disosiatif yang lebih tinggi dibanding persaingan, tetapi tidak sampai mengalami pertentangan. Ragam bentuk kontravensi adalah penghasutan, penyangkalan, penolakan, dan pengkhianatan.</div><div>c. <b>Konflik</b> merupakan proses disosiatif di mana pihak yang terlibat berusaha mencapai tujuannya dengan cara menantang atau menyerang lawan termasuk dengan kekerasan. Meski dekat dengan dampak negatif, konflik memiliki sisi positif berupa menguatnya solidaritas dalam kelompok karena adanya musuh bersama. Penyebab konflik antara lain adalah perbedaan nilai, kepentingan, kebudayaan, dan sebagainya.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /><br /></div></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-24592540473150922302023-01-03T21:54:00.000+07:002023-01-03T21:54:10.747+07:00Pembelajaran Berdiferensiasi Sosiologi<div style="text-align: center;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/Y5wAjgk4daw" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div style="text-align: left;"><div><br /></div><div>Skenario Pembelajaran:</div><div><div><ol style="text-align: left;"><li>Mengucapkan salam, berdoa, dan mengecek kehadiran.</li><li>Mengaitkan dengan materi pembelajaran sebelumnya.</li><li>Menyampaikan tujuan pembelajaran.</li><li>Melakukan asesmen diagnostik tipe belajar ( VARK Kuisioner).</li><li>Mengelompokkan siswa sesuai jenis tipe belajar (Visual, Auditori, Read/Write, Kinestetik).</li><li>Menyampaikan instruksi tugas proyek. Kelompok Visual membuat grafik chart. Kelompok Auditori membuat video interview. Kelompok Read/Write membuat catatan resume materi. Kelompok Kinestetik membuat grafis qoutes.</li><li>Mengelompokkan siswa secara random. Setiap kelompok terdiri dari murid dengan tipe belajar yang berbeda.</li><li>Menginstruksikan murid menyebar ke berbagai sumber belajar.</li><li>Mempresentasikan hasil eksplorasi belajar.</li><li>Melakukan refleksi pembelajaran (Pendidik dan Peserta Guru)</li><li>Menyampaikan rencana tindak lanjut (Remidial dan Pengayaan)</li><li>Menutup pembelajaran.</li></ol></div></div></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/113782" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-30013062192867814172023-01-02T07:00:00.005+07:002023-01-02T07:00:00.213+07:00Tindakan Sosial - Definisi dan Tipe-tipe Tindakan Sosial<div>Tindakan sosial merupakan salah satu konsep mendasar dalam ilmu sosial, termasuk sosiologi. Manusia hidup bersama dan berinteraksi dengan orang lain melalui tindakan sosial. Bahkan menurut Max Weber, pemahaman terhadap tindakan sosial yang dilakukan individu akan membawa kita memahami kondisi sosial dengan lebih baik. Lalu apa yang dimaksud dengan tindakan sosial itu? Mengapa tindakan sosial demikian penting dalam mengkaji ilmu sosial? Apa saja yang termasuk tindakan sosial?</div><div><br /></div><div><b>DEFINISI TINDAKAN SOSIAL</b></div><div>Tindakan sosial adalah tindakan yang mengandung makna ketika individu berhubungan dengan individu lain di mana hasil tindakan tersebut memengaruhi perilaku orang lain. Bagi Max Weber, tindakan hanya dapat dikategorikan sebagai tindakan sosial manakala tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada perilaku orang lain. Saat kalian menyanyi untuk menghibur diri sendiri misalnya, itu merupakan tindakan tetapi bukan tindakan sosial. Tetapi saat kalian menyanyi dengan tujuan menarik perhatian orang lain, barulah hal itu disebut tindakan sosial.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh62F_IR2yXFW3SmFMHLoBA1dK2xDwM0NGje4vS9rQBmXRONya85rDuKEFvqCzXOVdt311tWeWd-vn5r3-pnU5R_t1INbulPfAYg_fD8UmLeK5Xc_Hlm0HyEvbeYht5S6Tx1Qrk_-Z3DzgzccFM56DBXLzR-NQN9sUneYezkTFSh82RYNVc21sotcpw=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh62F_IR2yXFW3SmFMHLoBA1dK2xDwM0NGje4vS9rQBmXRONya85rDuKEFvqCzXOVdt311tWeWd-vn5r3-pnU5R_t1INbulPfAYg_fD8UmLeK5Xc_Hlm0HyEvbeYht5S6Tx1Qrk_-Z3DzgzccFM56DBXLzR-NQN9sUneYezkTFSh82RYNVc21sotcpw=s16000" /></a></div><br /><div>Teori tindakan sosial menjadi salah satu gagasan pokok dalam sosiologi yang dilontarkan oleh Max Weber. Tetapi baginya tidak semua tindakan sosial harus diteliti dan layak dikaji. Mengapa demikian? Hanya tindakan sosial bermakna (meaningful action) yang dianggap penting oleh Weber. Makna sendiri merupakan hasil tafsir atas tindakan sosial secara simbolik. Bagi Weber, tindakan sosial melibatkan upaya menafsir oleh individu. Saat melakukan tindakan sosial, individu berupaya menangkap makna simbolik yang dapat diperoleh dari tindakannya tersebut. Hal ini berarti, tindakan sosial merupakan tindakan sadar karena melewati serangkaian proses berpikir yang menghasilkan makna. Tindakan tersebut juga bukan hanya perbuatan spontan yang sekedar merespon stimulus atau rangsangan.</div><div><br /></div><div><b>TIPE-TIPE TINDAKAN SOSIAL</b></div><div>Max Weber membedakan empat tipe tindakan sosial yang dibedakan berdasarkan konteks motif para pelakunya:</div><div>1. <b>Tindakan Rasionalitas Instrumental</b></div><div>Tindakan sosial ini merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan praktis yang didasarkan pada kesesuaian antara tujuan serta ketersediaan alat yang digunakan untuk mencapainya (berorientasi tujuan). Tindakan ini disebut rasional karena dilakukan dalam kesadaran dan penuh perhitungan. Misalnya tindakan menabung dimaksudkan untuk tujuan memupuk kekayaan dan motif berjaga-jaga manakala membutuhkan biaya dalam jumlah besar.</div><div><br /></div><div>2. <b>Tindakan Rasional Nilai</b></div><div>Tindakan rasional nilai merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai seperti etika, estetika, moral, dan religi. Tindakan ini tetap dipahami sebagai tindakan rasional karena dilakukan dengan kesadaran. Bedanya, dasar dari tindakan ini adalah nilai-nilai yang diyakini oleh pelaku tindakan sosial tersebut. Contoh dari tindakan jenis ini misalnya berderma. Derma dari sisi ekonomis dipandang sebagai tindakan yang tidak menguntungkan. Namun tindakan ini bukan berangkat dari perhitungan untung rugi. Tetapi tindakan ini dilakukan berdasar nilai-nilai yang diyakini pelakunya tentang kewajiban sesama manusia untuk berbagi.</div><div><br /></div><div>3. <b>Tindakan Afektif</b></div><div>Tindakan sosial ini dilakukan lebih berdasarkan faktor emosi/perasaan, seperti cinta, bahagia, marah, sedih, empati, simpati, kasihan dan sebagainya. Tindakan ini digerakkan oleh perasaan atau emosi dalam merespon tindakan sosial lainnya tanpa refleksi secara sadar. Tindakan ini tidak rasional dan spontan dilakukan sebagai reaksi emosional dari individu. Contoh tindakan afektif adalah kebahagiaan seorang ibu atas kelahiran putranya yang sehat dan selamat meski merasakan kesakitan setelah melahirkan.</div><div><br /></div><div>4. <b>Tindakan Tradisional</b></div><div>Tindakan sosial jenis ini dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan atau lazim dilakukan. Seseorang melakukan tindakan tertentu disebabkan oleh kebiasaan yang diwariskan dari generasi pendahulunya. Tindakan semacam ini tidak dibangun dengan refleksi sadar. Orang melakukannya tanpa mempertanyakan mengapa tindakan tersebut perlu dilakukan. Dapatkah kalian mencari contohnya</div><div><br /></div><div>Keempat tipe tindakan tersebut membantu kita dalam menganalisis makna simbolis tindakan individu. Makna simbolis dapat diidentifikasi melalui penafsiran dan menggolongkan tipe tindakan sosial apa yang dilakukan oleh individu. Tipologi tindakan sosial menjadi sumbangan penting Max Weber dalam disiplin ilmu sosiologi. Bagi Weber, jika kalian memahami teori tindakan sosial, maka akan memahami masyarakat secara interpretatif. Pada titik ini, sosiologi sesungguhnya sedang menawarkan pemahaman tentang fenomena sosial.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-44116999491513294712022-10-03T07:00:00.014+07:002022-10-03T07:00:00.221+07:00Penelitian Sosial - Metode Penelitian, Sumber Penelitian, Etika Penelitian<div style="text-align: left;"><div>Setelah kalian mengenal berbagai teori dari para sosiolog, tentu kalian akan bertanya bagaimana cara melakukan penelitian sosial. Sebagai ilmu yang empiris, temuan dan pendapat kalian harus berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang menerapkan metode ilmiah. Sebagai ilmu yang kumulatif, sosiologi harus selalu melakukan penelitian sosial. Mengapa belajar sosiologi harus melakukan penelitian sosial?</div><div><br /></div><div>Penelitian sosial yang dilakukan para sosiolog bertujuan mengumpulkan data dan menemukan fakta baru untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Apabila kalian membaca lagi berbagi paradigma di atas, sebenarnya metode penelitian yang dilakukan para sosiolog bermacam-macam. Tetapi hal mendasar yang harus dilakukan oleh sosiolog adalah memiliki minat, ketertarikan, imajinasi dan rasa ingin tahu sehingga terdorong untuk melakukan penelitian.</div><div><br /></div><div>Secara umum, tahapan dari penelitian sosial adalah membuat rumusan masalah terlebih dahulu berupa pertanyan-pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian akan memandu kalian untuk fokus pada apa yang akan kalian teliti. Tetapi sebelum merumuskan masalah hendaknya kalian membaca berbagai buku dan hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian kalian. Rumusan masalah yang baik adalah yang mempertanyakan bagaimana dan mengapa bukan hanya tentang apa. Karena dengan kata tanya bagaimana dan mengapa, kalian akan dapat memperoleh temuan baru dan fakta baru sehingga mampu menjelaskan suatu topik yang kalian teliti.</div><div><br /></div><div>Sebagai contoh, kalian tertarik membuat penelitian tentang grup musik Indie dan minat remaja. Contoh pertanyaan yang dapat kalian buat yaitu “Mengapa remaja tertarik dengan grup musik indie? Bagaimana grup musik indie dapat menarik minat remaja?” Setelah kalian memiliki minat dan ketertarikan untuk melakukan penelitian, lalu tahapan berikutnya adalah mencari informasi terkait dengan topik penelitian kalian dari berbagai buku, literatur dari dunia maya, hasil dan riset sebelumnya. Tahap berikutnya kalian harus memiliki pertanyaan penelitian dan melanjutkan dengan menentukan metode penelitian apa yang hendak digunakan.</div><div><br /></div><div><b>METODE PENELITIAN </b></div><div>Pendekatan dan cara untuk melakukan penelitian sosial secara umum terbagi menjadi tiga metode yaitu penelitian kuantitatif, kualitatif dan campuran dari kedua metode kuantitatif dan kualitatif (mixed methods). Ketiga metode tersebut akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut.</div><div><br /></div><div>a. <b>Metode Penelitian Kuantitatif</b></div><div>John W. Creswell dalam bukunya yang berjudul Desain Riset: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran (2017:4-5), menjelaskan bahwa penelitian metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menguji teori tertentu dan mencari data penelitian dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Berbagai variabel itu diukur secara matematis dan statistik sehingga data yang berbentuk angka-angka dianalisis berdasarkan prosedur statistika. Kalian dapat melakukan metode penelitian kuantitatif melalui penelitian survei dengan menggunakan angket atau kuesioner.</div><div><br /></div><div>b. <b>Metode Penelitian Kualitatif </b></div><div>Metode ini mengeksplorasi dan memahami makna, simbol, motivasi, pengalaman individu yang menjadi subyek penelitian. Metode penelitian kualitatif mengutamakan kualitas data. Bentuk data dari metode kualitatif adalah pernyataan, pendapat, serta gambaran (deskripsi) dari subyek penelitian. Teknik pengumpulan data pada metode kualitatif diperoleh melalui pengamatan (observasi) dan wawancara dengan subyek penelitian. Berbagai pendekatan dalam metode penelitian kualitatif di antaranya metode etnografi, studi kasus, fenomenologi, penelitian sejarah, dan lain-lain. Apa sajakah metode-metode ini? Kalian dapat mencarinya dari berbagai buku tentang penelitian sosial.</div><div><br /></div><div>c. <b>Metode Penelitian Campuran</b></div><div>Setiap penelitian bertujuan untuk mendapatkan data yang valid, terpercaya dan objektif, Metode penelitian campuran (mixed methods) adalah campuran antara metode kuantitatif dan metode kualitatif. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data dan temuan yang komprehensif karena masing-masing metode penelitian memiliki kelemahan dan kelebihan. Biasanya peneliti menggunakan metode penelitian campuran untuk menguatkan datadatanya, baik yang berupa angka maupun pernyataan subyek penelitian.</div><div><br /></div><div>Teknik pengumpulan data dari metode campuran adalah dengan penelitian survei, melakukan pengamatan (observasi), dan wawancara. Analisis data dari metode ini juga menggabungkan kedua metode penelitian tersebut.</div><div><br /></div><div><b>SUMBER PENELITIAN</b></div><div>Sumber penelitian adalah rujukan yang berupa data dan informasi yang terdiri atas data primer dan data sekunder. Adapun data primer adalah informasi yang didapat dari hasil wawancara, pengamatan, dan survei yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian. Sedangkan data sekunder, biasanya disebut sebagai data pendukung yang diperoleh dari berbagai sumber, misalnya data statistik, informasi, atau data dari penelitian sebelumnya, dokumen, foto, video, laporan, dan bentuk-bentuk lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah data sekunder adalah memastikan kesahihan data, yaitu diperoleh dari sumber yang terpercaya. Sumber informasi yang berbeda dapat menentukan validitas data dan menghasilkan data yang berbeda-beda.</div><div><br /></div><div><b>ETIKA PENELITIAN</b></div><div>Ketika kalian melakuan penelitian, terdapat etika yaitu aturan yang seharusnya dilakukan selama proses kegiatan hingga pelaporan penelitian. Etika penelitian meliputi: integritas bahwa penelitian yang kalian lakukan bukan hasil plagiasi (menjiplak) karya orang lain serta mencantumkan berbagai sumber informasi baik dari buku, internet, jurnal, laporan penelitian sebelumnya, dan lain-lain.</div><div><br /></div><div>Hal yang penting dilakukan selama kegiatan penelitian adalah memperhatikan hak subyek penelitian. Ketika melakukan pengumpulan data, kalian wajib menyediakan surat kesediaan (informed consent) subyek penelitian untuk terlibat dalam penelitian. Peneliti tidak boleh memaksa subyek penelitian apabila tidak bersedia untuk terlibat dalam penelitian. Selama proses pengumpulan data, baik dengan wawancara maupun observasi, peneliti harus menjaga perilaku santun dan menghormati pendapat atau pandangan subyek penelitian. Hal lain yang harus dijaga adalah menjaga kerahasiaan identitas subyek penelitian ketika menuliskan hasil wawancara di laporan penelitian. Beberapa kesepakatan harus dibuat dengan subyek penelitian, misalnya menjaga kerahasiaan identitas, melakukan perjanjian dengan subyek penelitian tentang kesediaan dan waktu untuk wawancara. Informasi tentang penelitian, seperti apa yang hendak diteliti atau tujuan penelitian, sebaiknya disampaikan kepada subyek penelitian sebagai bentuk transparansi.</div><div><br /></div><div>Di samping itu, terkait dengan etika dan integritas penelitian, seorang peneliti tidak boleh memanipulasi data penelitian. Apabila data yang diperoleh tidak sesuai harapan atau hipotesis peneliti, maka data tidak boleh direkayasa. Dalam melakukan uji coba hipotesis, seringkali data tidak sesuai temuan di lapangan. Dalam hal ini, kalian sebagai peneliti dapat mengevaluasi dan merefleksikan kembali proses pengumpulan data kalian maupun teori dan perspektif yang digunakan.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEitQtwOIZlbsi8JtdSm3iPaxvU6n43i82rm5s5bxutF6ScHtFF5FD_UNcPzCwmMFn89XgfNBIIG9NrNXfOFyv_tWNXeQnAvC1h1xw2Wg1nVuy0jww4f4YCRBpukWGsYEoMYdFX0oC_Iou0HnToXahZLRiQy_HUNUu1CGpJMysy0BkKaBv-vcgJyc3pd=s720" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="644" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEitQtwOIZlbsi8JtdSm3iPaxvU6n43i82rm5s5bxutF6ScHtFF5FD_UNcPzCwmMFn89XgfNBIIG9NrNXfOFyv_tWNXeQnAvC1h1xw2Wg1nVuy0jww4f4YCRBpukWGsYEoMYdFX0oC_Iou0HnToXahZLRiQy_HUNUu1CGpJMysy0BkKaBv-vcgJyc3pd=s16000" /></a></div><br /><div>Bias penelitian, yaitu pandangan yang hanya mewakili kepentingan diri peneliti dan kelompok, adalah hal yang harus dihindari dalam penelitian. Sedapat mungkin, peneliti harus objektif dalam melakukan penelitian. Walaupun hal ini kadang terjadi, hal yang dapat kalian lakukan untuk menghindari bias penelitian adalah dengan melakukan penarikan diri (selalu sadar akan posisi sebagai peneliti).</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-15401199638117097892022-09-12T07:00:00.012+07:002022-09-12T07:00:00.197+07:00Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda<div style="text-align: left;"><div>Seorang sosiolog berkebangsaan Amerika Serikat, George Ritzer, pada tahun 1975 menuliskan sebuah buku yang berjudul Sosiology: A Multiple Paradigm Science. Berdasarkan pemikiran Ritzer dalam buku tersebut dijelaskan bahwa sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki dan menggunakan berbagai paradigma (kerangka atau cara berpikir) yang melahirkan banyak perspektif dan teori untuk menganalisis berbagai kajian sosiologi dalam rangka membantu memahami kehidupan sosial. Melalui berbagai teori tersebut kalian dapat memilih teori yang sesuai untuk menjelaskan minat kajian yang ingin dipelajari. Hal ini tentu berdampak pada perbedaan pandangan yang beragam. Contohnya tugas kalian sebelumnya yang mengkaji masyarakat berdasarkan teori konflik dan teori fungsionalisme struktural.</div><div><br /></div><div>Selanjutnya, Ritzer (1975) membagi tiga paradigma utama yang berasal dari berbagai gagasan para sosiolog, filsuf dan ilmuwan sosial sebagai berikut:</div><div><br /></div><div><b>1. Paradigma Fakta Sosial</b></div><div>Paradigma fakta sosial dipengaruhi oleh para sosiolog seperti Emile Durkheim, Karl Marx, Talcott Parsons dan masih banyak lagi. Menurut paradigma ini, fokus kajian sosiologi adalah fakta sosial, baik dalam bentuk bendawi (ragawi, material) maupun tidak berbenda (non-material) seperti ide ataupun gagasan. Berdasarkan paradigma ini norma, aturan, pemerintahan, peran sosial, status sosial, kelas sosial merupakan fakta sosial. Berbagai teori sosiologi lahir dari paradigma ini seperti teori fungsionalisme struktural, teori konflik, teori sistem dan teori sosiologi makro. Salah satu contoh pendekatan dengan paradigma fakta sosial adalah perilaku individu dibentuk dan dikendalikan oleh berbagai norma dan aturan sosial.</div><div><br /></div><div><b>2. Paradigma Definisi Sosial</b></div><div>Paradigma definisi sosial dipengaruhi oleh para sosiolog seperti Max Weber, George Herbert Mead, Herbert Blumer dan masih banyak lagi. Beberapa teori utama yang lahir dari paradigma ini adalah interaksionisme simbolik, tindakan sosial dan fenomenologi. Paradigma definisi sosial menurut Max Weber, berusaha memahami dan menafsirkan mengapa individu melakukan tindakan sosial dan makna dari tindakan tersebut. Selanjutnya interaksionisme simbolik adalah teori yang dikembangkan oleh George Herbert Mead pada tahun 1863-1931. Teori interaksionisme simbolik menjelaskan tentang makna dan simbol dalam interaksi sosial yang dilekatkan individu pada lingkungannya. Dalam melakukan tindakan sosial, individu memiliki berbagai motif yang dilakukan berdasarkan keyakinan individu sebagai bagian dari pemaknaan individu atas situasi dan kondisi suatu masyarakat. Sebagai contoh, kalian memakai pakaian, jaket, sepatu, atau aksesoris lainnya yang menunjukkan suatu merek tertentu ketika bermain dengan teman. Hal ini menunjukkan bahwa kalian memiliki motivasi tertentu ketika memakai barang bermerek, misalnya bermaksud menunjukkan simbol, status sosial, dan selalu mengikuti tren yang kekinian.</div><div><br /></div><div>Fenomenologi sebagai salah satu teori dalam paradigma ini menjelaskan bagaimana individu membangun makna dan konsep ketika individu berhubungan dengan individu lain. Berdasarkan teori ini, individu memaknai pengalamannya dan mencoba memahami dunia berdasarkan pengalamannya.</div><div><br /></div><div>Teori ini banyak dikembangkan oleh para sosiolog seperti Edmund Husserl, Alfred Schutz dan Peter. L Berger dan masih banyak lagi. Sebagai salah satu metode penelitian, fenomenologi bertujuan untuk mendapatkan data berdasarkan pengalaman-pengalaman individu dalam kehidupan sehari-harinya. Sebagai contoh penerapan fenomenologi dalam menganalisis gejala sosial adalah; kalian melakukan penelitian tentang adanya pengalaman kelompok minoritas yang mendapatkan diskriminasi sosial. Bagaimana bentuk diskriminasi sosial yang mereka alami? Kalian akan menggali sebanyak mungkin informasi dari pengalaman kelompok minoritas ketika berada dalam suatu kelompok sosial yang berbeda dengan mereka. Pengalaman-pengalaman mereka akan menjadi data penting bagi penelitian kalian. </div><div><br /></div><div>Penekanan utama dari paradigma definisi sosial adalah individu sebagai subjek dan memahami dari sudut pandang subjek. Bagi penganut paradigma definisi sosial, subjek masih punya kesempatan untuk berkreasi dan otonom. Individu tidak dipandang sebagai subjek yang selalu dikontrol sepenuhnya oleh norma dan aturan sosial. Hal inilah yang membedakan dengan paradigma fakta sosial yang selalu menekankan norma dan aturan sosial yang dianggap mampu menguasai individu ketika hidup bermasyarakat.</div><div><br /></div><div><b>3. Paradigma Perilaku Sosial</b></div><div>Berbeda dari dua paradigma sebelumnya, paradigma perilaku sosial menekankan kajiannya pada proses individu dalam melakukan hubungan sosial di lingkungannya. Cara individu beradaptasi dalam proses interaksi sehingga memengaruhi perilaku sosial menjadi penekanan pada paradigma ini. Paradigma perilaku sosial dipengaruhi oleh sosiolog B. F Skiner, George Hoffman dan masih banyak lagi. Terdapat dua teori yang berpengaruh pada paradigma ini yaitu teori perilaku sosiologi dan teori exchange (pertukaran).</div><div><br /></div><div>Menurut Skiner, manusia bergerak dan berperilaku sebagai reaksi atas rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan akan memengaruhi perilaku individu. Sebagai contoh, dalam teori perilaku sosiologi, seorang pelajar belajar dengan giat demi mendapatkan nilai terbaik dan mendapatkan pengakuan sosial atas prestasi akademiknya. Sistem reward (penghargaan), hukuman (punishment) dan konsekuensi sosial memengaruhi perilaku sosial individu. Berdasarkan paradigma ini, individu bukan manusia yang bebas. Individu berperilaku tertentu disebabkan menyesuaikan dan merespon lingkungan sosialnya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg47TX1epWEmgkbxdi12VO0S_B5I1lvux3Sb1f0h3-k31jXzsun-Ld4g56trTVjYJAhTvWY9rtsoFAfLcofhMb1o6eczLQpuNi3ZgFNA19kSDEuYk7iIwgdT1vTgxAvhQv8Yrtx7smJH5AgtNKzGTalLsMV4oOgMkx_b1W0G6LriGczbNk7ybd5Htmm=s720" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="576" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg47TX1epWEmgkbxdi12VO0S_B5I1lvux3Sb1f0h3-k31jXzsun-Ld4g56trTVjYJAhTvWY9rtsoFAfLcofhMb1o6eczLQpuNi3ZgFNA19kSDEuYk7iIwgdT1vTgxAvhQv8Yrtx7smJH5AgtNKzGTalLsMV4oOgMkx_b1W0G6LriGczbNk7ybd5Htmm=s16000" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div>Nah, dari ketiga paradigma tersebut, selain menunjukkan sosiologi sebagai ilmu yang memiliki berbagai paradigma dan teori, juga menunjukkan sosiologi sebagai ilmu yang empiris, teoritis, non etis dan kumulatif. Dapatkah kalian mencari contoh lain dari berbagai gejala sosial yang kalian temukan dan melakukan analisa menggunakan ketiga paradigma tersebut? Manfaat dari berbagai teori akan membantu menjelaskan berbagai gejala sosial di masyarakat secara komprehensif. Selain itu teori-teori yang ada akan semakin memperkaya pengetahuan kita. Miskonsepsi yang seringkali muncul ketika belajar ilmu-ilmu sosial adalah teori untuk dihapal, hal ini adalah kekeliruan. Teori untuk dipahami dan digunakan sebagai pisau analisis untuk menjelaskan berbagai gejala sosial.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-58653537652099878442022-08-26T07:00:00.022+07:002022-08-26T07:00:00.219+07:00Komik Sosiologi - Globalisasi<div style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj3ixHpzFhSZUTdUVEsj24NDzhQp_ZLSdREoIJN6fBQOPuN2M_tnIf7NT6PSYgyeHClSxDUTxKRkMeQTBNwz-EVaw-NBjbPMtfTN6ykoxUw3GiiXZp5bdBqVHQruAlVj6pG5NRNWC5RSZZ4xZguW6unZKMZ9IkiA6qB2WDkj-JZ4cYBu9CYV2FNZBDO=s6667" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj3ixHpzFhSZUTdUVEsj24NDzhQp_ZLSdREoIJN6fBQOPuN2M_tnIf7NT6PSYgyeHClSxDUTxKRkMeQTBNwz-EVaw-NBjbPMtfTN6ykoxUw3GiiXZp5bdBqVHQruAlVj6pG5NRNWC5RSZZ4xZguW6unZKMZ9IkiA6qB2WDkj-JZ4cYBu9CYV2FNZBDO=s16000" /></a></div><br /><div>Jenis Media Pembelajaran : Komik</div><div>Mata Pelajaran : Sosiologi</div><div>Kelas : 12</div><div>Semester : 1</div><div>Materi : Globalisasi</div><div><br /></div><div>Indikator Pencapaian Kompetensi :</div><div>Pengertian Globalisasi</div><div>Dampak Positif Globalisasi</div><div>Dampak Negatif Globalisasi</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1EQQqqHdGwKhfhggBYLQxyliY8tGEBq7f" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" height="102" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi4rC0ZG7llgDkj6zZW2G7lE_6iWkIgkNIA9PkEyiW6qRvWCxsYw5NDlLFFCpBlQE-uTdaMmsc-yBKRk8Z0aO2o3HCNuKG_-AFmQsrbEEyzZriIvHJQdJSFPdmstum7RYkpf1oy5IPR24OFDmdcxfp-v1bFzTGvLMwH7uWIV7cIbnmP2EZ1b4uhN1Xb=s320" width="320" /></a></div><div><br /></div></div>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-3603754169721356522022-08-22T07:00:00.007+07:002022-08-22T07:00:00.204+07:00Sosiologi - Definisi, Sifat-sifat, Fokus Kajian <div style="text-align: left;"><div>Sosiologi sebagai ilmu yang terus berkembang seiring dengan dinamika masyarakat, melahirkan banyak ilmuwan sosial dan sosiolog. Ilmu ini hadir dari rasa ingin tahu para ilmuwan yang dikembangkan melalui penelitian sehingga melahirkan banyak teori-teori yang menjelaskan berbagai gejala sosial manusia dan masyarakat.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjyq-S5yMLqeZ6U146RVEJ3dW53vGCSF0xUuYXSR2K4RYIt7ZfMgQpcoijnnI5CmYHCuEMGLyvRinI2krLxrrL-s8OpbAf-mzXK5V5aQNNxLCjx8EMRaVWEyePwrSeYbDJ4TlwEC9ES7_wqAeYK1aEfa9GzN3HyDz-4689q98b1LYzYUe2fqCnhwDoZ=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjyq-S5yMLqeZ6U146RVEJ3dW53vGCSF0xUuYXSR2K4RYIt7ZfMgQpcoijnnI5CmYHCuEMGLyvRinI2krLxrrL-s8OpbAf-mzXK5V5aQNNxLCjx8EMRaVWEyePwrSeYbDJ4TlwEC9ES7_wqAeYK1aEfa9GzN3HyDz-4689q98b1LYzYUe2fqCnhwDoZ=s16000" /></a></div><div>Sebagai ilmu yang berusaha menjelaskan berbagai fenomena sosial, sosiologi memiliki beberapa sifat yaitu:</div><div>1. <b>Empiris</b>. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menghasilkan teori dan temuan melalui penelitian ilmiah baik dengan pengamatan, wawancara, dan analisa secara ilmiah atas fakta-fakta sosial, bukan berdasarkan asumsi ataupun dugaan. Hasil penelitian sosiologi berdasarkan data. </div><div>2. <b>Teoritis</b>. Sosiologi berusaha menyusun temuan dan kesimpulan, menjelaskan tentang hubungan sebab-akibat, korelasi antar berbagai variabel atau faktor melalui penelitian ilmiah.</div><div>3. <b>Kumulatif</b>. Teori dalam sosiologi senantiasa berkembang dan dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat. Bahkan teori yang sudah ada dikaji ulang untuk mengetahui apakah masih relevan.</div><div>4. <b>Non Etis</b>. Sosiologi bukan ilmu yang mempersoalkan tentang benar dan salah, atau baik dan buruk, tetapi berusaha menjelaskan dan mengungkapkan berbagai gejala ataupun masalah sosial. </div><div><br /></div><div><b>DEFINISI SOSIOLOGI MENURUT PARA AHLI</b></div><div>Seperti yang dijelaskan dalam buku Soekanto (2009: 17) dan Damsar (2010: 5), definisi sosiologi adalah sebagai berikut:</div><div><ul style="text-align: left;"><li>Sosiologi menurut <b>Selo Soemardjan</b> dan <b>Soelaeman Soemardi</b> adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.</li><li>Sosiologi menurut <b>Roucek</b> dan <b>Warren</b> adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.</li><li>Sosiologi menurut <b>Paul B. Horton</b> dan <b>Chester L. Hunt</b> adalah ilmu yang mempelajari masyarakat. Bagi Horton dan Hunt (1987), masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama, mendiami suatu wilayah yang sama, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.</li></ul></div><div><br /></div><div>Sebagai ilmu pengetahuan dan memiliki kebutuhan untuk mengembangkan keilmuannya, dalam menjelaskan berbagai gejala sosial, sosiologi membutuhkan kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai ilmu sosial, ilmu budaya, ilmu sejarah, ilmu eksakta, ilmu politik, antropologi, sejarah, ilmu ekonomi, matematika, statistik, geografi, bahasa dan sastra, seni, psikologi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), aplikasi dan software TIK, dan masih banyak lagi.</div><div><br /></div><div>Dengan revolusi industri 4.0 terdapat banyak aplikasi dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membantu sosiolog melakukan analisis data. Berbagai cabang dalam sosiologi yang mempelajari suatu fenomena sosial secara lebih khusus yaitu sosiologi agama, sosiologi politik, sosiologi pendidikan, sosiologi hukum, sosiologi konflik, sosiologi pedesaan, sosiologi keluarga, sosiologi kedokteran, sosiologi industry, sosiologi budaya dan masih banyak lagi.</div><div><br /></div><div><b>FOKUS KAJIAN ILMU SOSIOLOGI</b></div><div>Beberapa fokus kajian sosiologi dalam mempelajari berbagai fenomena sosial adalah sebagai berikut:</div><div>1. Interaksi sosial dan tindakan sosial</div><div>2. Sosialisasi</div><div>3. Kelompok sosial</div><div>4. Hubungan antarkelompok</div><div>5. Penduduk</div><div>6. Komformitas dan Penyimpangan</div><div>7. Perilaku kolektif dan gerakan sosial</div><div>8. Perubahan sosial</div><div>9. Kajian perempuan dan gender</div><div>10. Norma dan lembaga sosial</div><div>11. Kebudayaan</div><div>12. Struktur sosial</div><div>13. Kesejahteraan dan kemiskinan</div><div><br /></div><div>Kajian perempuan dan gender sebagai kajian sosiologi akan mempertanyakan, mengapa terdapat perlakuan yang berbeda bagi perempuan? Mengapa pekerjaan rumah tangga seperti memasak seringkali melekat menjadi tugas perempuan padahal ini juga dapat dilakukan oleh laki-laki? Tujuan sosiologi dalam kajian perempuan dan gender adalah menjelaskan berbagai miskonsepsi yang telah sekian lama terjadi pada masyarakat. Ide dari kesetaraan gender lahir untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial antara laki-laki dan perempuan. Hal ini terjadi karena sejarah manusia begitu kuat dengan dominasi perspektif laki-laki. Kalian dapat mengecek dari berbagai cerita rakyat dan tradisi lisan di daerah kalian bagaimana perempuan dikisahkan, dan digambarkan. Kalian dapat </div><div>juga mencari informasi bagaimana representasi peran perempuan dalam sektor publik, misalnya anggota DPR, pemimpin perempuan dan masih banyak kajian tentang perempuan dan gender yang dapat dieksplorasi.</div><div><br /></div><div>Hubungan antar kelompok dalam sosiologi berupaya menjelaskan hubungan antara dua kelompok atau lebih yang memiliki ciri khusus. Pengelompokan masyarakat menurut Kinloch (1979) mengacu dari beberapa kriteria, seperti:</div><div>• Kriteria fisik yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia (tua-muda), dan ras. </div><div>• Pengelompokan sosial berdasarkan kriteria kebudayaan yaitu suku dan agama.</div><div>• Kriteria ekonomi yaitu mereka yang memiliki kekuasaan ekonomi dan tidak memiliki kekuasaan atas ekonomi. Contohnya, golongan kaya (pengusaha), golongan miskin (buruh).</div><div>• Kriteria berdasarkan perilaku, yaitu mereka yang memiliki perilaku yang mirip (minat yang sama), misalnya kelompok pecinta binatang, kelompok pesepeda dan lain-lain.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-79205225744148741062022-08-08T07:00:00.006+07:002022-08-08T07:00:00.201+07:00Masyarakat Dalam Perspektif Teori Konflik dan Teori Fungsionalisme Struktural<div style="text-align: left;"><div>Revolusi industri benar-benar mengubah tatanan sosial, yang awalnya cara hidup masyarakat dianggap tradisional menjadi modern. Pekerjaan yang pada awalnya dikerjakan oleh tenaga manusia digantikan oleh mesin. Beberapa perubahan sosial yang terjadi akibat revolusi industri adalah perubahan teknologi karena penemuan mesin-mesin, perubahan tata kerja, perubahan budaya, perubahan politik, pengangguran, kemiskinan dan masih banyak lagi. Berbagai masalah sosial timbul, dan hal inilah yang melahirkan dan menjadikan sosiologi berkembang sebagai ilmu pengetahuan.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhKLPea0v0FA4n6SRSYj-Wie_cf6LG2a5MzFMEJnBsaTHipR5nv-nuZYPQFIp7t7t9K13DhfD4tqf5Aw0IXyWliLokwevSPwr4_qmmJUfwmU8S8B-lJuMKuIMexwqUDbkF92eW8rCsrwBuFnSNrZejou2AtMcQwTX4t7Cu2LVxPGKZOlK-19btcMYrO=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhKLPea0v0FA4n6SRSYj-Wie_cf6LG2a5MzFMEJnBsaTHipR5nv-nuZYPQFIp7t7t9K13DhfD4tqf5Aw0IXyWliLokwevSPwr4_qmmJUfwmU8S8B-lJuMKuIMexwqUDbkF92eW8rCsrwBuFnSNrZejou2AtMcQwTX4t7Cu2LVxPGKZOlK-19btcMYrO=s16000" /></a></div><br /><div><br /></div><div>Salah satu sosiolog, yaitu Emile Durkheim (1859-1917), melakukan penelitian tentang bunuh diri. Melalui karyanya Suicide (1897), Durkheim menjelaskan latar belakang mengapa individu melakukan bunuh diri. Bagaimana masyarakat dan tatanan sosial berkontribusi sehingga menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri, merupakan kegelisahan dari Durkheim. Dalam penelitiannya, Durkheim membagi empat tipe bunuh diri yaitu egoistik, anomik, altruistik, dan fatalistik. Dengan menggunakan berbagai sumber belajar lainnya, kalian dapat menjelaskan maksud dari Durkheim tentang empat tipe bunuh diri termasuk menggunakan tipe-tipe bunuh diri untuk menjelaskan berbagai masalah tentang hal itu. Selama karir Durkheim menjadi sosiolog telah banyak penelitian-penelitian yang dia lakukan untuk menjelaskan berbagai masalah dan gejala sosial masyarakat pada masa hidupnya.</div><div><br /></div><div>Sosiolog klasik lainnya yang sangat terkenal yaitu Karl Marx (1818-1883) yang lahir di Jerman dan hidup di berbagai negara Eropa. Karl Marx melahirkan beberapa pemikiran dalam ilmu sosial, yang menjelaskan tentang konflik sosial, kelas sosial, agama, ideologi dan ekonomi suatu masyarakat. Beberapa pandangannya tentang konflik di masyarakat adalah konflik melekat dalam masyarakat, selalu terjadi pertentangan dan ketegangan antara kelas pekerja (buruh) dengan pengusaha. Teori konflik dari Karl Marx menjelaskan bahwa kekayaan dan kekuasaan yang tidak terdistribusi secara merata dapat menyebabkan konflik sosial. Pemikiran Karl Marx banyak melahirkan sosiolog dan ilmuwan sosial hingga masa sekarang. Mereka mengembangkan teori Karl Marx dan menyesuaikannya dengan perubahan suatu masyarakat. Para sosiolog dan ilmuwan sosial yang dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx ini disebut sebagai Marxian.</div><div><br /></div><div>Sosiolog dari Jerman yaitu Max Weber (1818-1883) dengan teorinya “Verstehen” yang berarti untuk memahami, digunakan untuk menganalisa dan menafsirkan mengapa individu melakukan tindakan sosial. Menurut Max Weber, sosiologi adalah ilmu yang berupaya untuk memahami tindakan sosial. Melalui Verstehen, kalian dapat melakukan penelitian mengapa individu melakukan suatu tindakan yang berdampak bagi orang lain. Sebagai contoh, gejala seorang pelajar yang membolos sekolah, kalian dapat melakukan penelitian, mengapa teman kalian membolos? Apa motivasi dan alasan yang membuat teman kalian melakukan tindakan bolos sekolah. Dengan Verstehen, kalian dapat menggunakan teori ini untuk menjelaskan beberapa gejala sosial.</div><div><br /></div><div>Beberapa karya lain dari Max Weber yang terkenal yaitu The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1904) menjelaskan tentang keterkaitan antara ajaran di agama Kristen Protestan (terutama aliran Kalvinisme) yang memberikan semangat bagi pemeluknya untuk bekerja keras mencapai kesejahteraan. Semangat bekerja yang timbul dari ajaran (etika) agama Kristen Protestan dianggap memengaruhi perkembangan kapitalisme yang berkembang pesat di Eropa Barat.</div><div><br /></div><div>Selain berkembang di Eropa, sosiologi juga berkembang pesat di Amerika Serikat seiring revolusi industri yang terjadi di masyarakat Amerika. Salah satu sosiolog Amerika Serikat yang terkenal adalah Talcott Parsons (1902-1979). Salah satu teori yang sangat terkenal dari Talcott Parsons adalah fungsionalisme struktural. Berdasarkan teori ini, masyarakat terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan, memiliki fungsi dalam suatu sistem yang terintegrasi sehingga membentuk keseimbangan. Pandangan Talcott Parsons mengenai fungsionalisme struktural dipengaruhi oleh cara kerja organisme biologis. Bagi penganut teori fungsionalisme struktural, apabila terdapat konflik, ketegangan sosial maka berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Untuk menjaga agar bagian-bagian masyarakat tetap berfungsi dan keseimbangan terjaga maka menurut teori ini, membutuhkan adanya kontrol sosial, sosialisasi, adaptasi, kepemimpinan, reproduksi aturan, pelapisan sosial dan keluarga. Sebagai contoh, menurut teori ini, adanya tindakan kriminal akan memfungsikan peran polisi sebagai penjaga ketertiban sosial. Contoh yang lain, untuk menjaga keseimbangan masyarakat, pelapisan sosial seperti keberadaan kelas bawah, menengah maupun atas, berfungsi untuk menjaga peran masing-masing. Contoh pada sektor industri, pengusaha membutuhkan buruh untuk mengerjakan berbagai pekerjaan di perusahaannya.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-45630659199304714362022-07-25T07:00:00.014+07:002022-07-25T07:00:00.218+07:00Pengantar Sosiologi - Kelahiran dan Kajian Sosiologi<div>Lihatlah lingkungan sekitar kalian, amatilah bagaimana individu berinteraksi dengan individu lain? Mengapa manusia harus menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana mereka tinggal? Apakah kita membutuhkan teman dan sahabat untuk berbagi cerita tentang berbagai peristiwa yang pernah kita alami? Sebelum kalian membaca lebih lanjut materi sosio logi dalam buku ini, kalian membutuhkan imajinasi agar kalian dapat memahami cara belajar sosiologi. Bayangkan, apabila kalian bagian dari penumpang sebuah kapal yang berisi 100 orang lalu kapal tersebut terdampar di sebuah pulau terasing tanpa penduduk.</div><div><br /></div><div>Latar belakang penumpang kapal tersebut sangat beragam karena berasal dari berbagai daerah. Persediaan makanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penumpang kapal sangat terbatas. Kapal yang terdampar karena cuaca buruk dan telah menghancurkan peralatan komunikasi serta navigasi membuat penumpang harus bertahan dan hidup bersama di suatu pulau terasing untuk jangka waktu yang belum dapat dipastikan. Sebagai salah satu penumpang, tentu kalian ingin bertahan agar dapat selamat. Dapatkah kalian mengidentifikasikan berbagai permasalahan yang akan kalian hadapi untuk bertahan? Relasi sosial seperti apa yang akan kalian lakukan untuk hidup bersama? Bagaimanakah kalian mengatasi berbagai masalah yang akan kalian temukan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kalian dapat mendiskusikan dengan teman kalian.</div><div><br /></div><div>Sekilas, ketika kalian membayangkan kisah penumpang yang terdampar seperti cerita di atas, mungkin kalian dapat menemukan kisah yang mirip serta kalian temukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika duduk di bangku SMP, kalian telah memahami bahwa manusia adalah mahkluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Ketika kalian sedih, bahagia karena harapan kalian telah tercapai atau belum tercapai merupakan hal yang berkaitan dengan relasi sosial yang kalian bangun. Coba kalian renungkan, hal apa yang mampu membuat kalian bersedih maupun berbahagia? Tentu hal ini berkaitan dengan orang lain dan relasi sosial. Misalnya keluarga, pertemanan, persaudaraan, dan lain-lain.</div><div><br /></div><div>Sosiologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari tentang berbagai fenomena berupa masalah sosial dan masyarakat lahir dari kegelisahan para sosiolog yang melihat hal-hal di atas bukan sebagai fenomena biasa. Mereka mempertanyakan mengapa masyarakat berubah? Mengapa manusia sebagai individu melakukan suatu tindakan? Mengapa terdapat perubahan sosial? Bagaimana masyarakat berubah? Mengapa individu berubah baik perilaku maupun pemikirannya?</div><div><br /></div><div>Masyarakat menjadi salah satu obyek kajian sosiologi, menurut Soekanto (2009: 13), hal ini dikarenakan di dalam masyarakat terdiri dari beberapa segi yaitu, segi ekonomi, segi politik, segi antropologi dan segi sejarah. Menurut Auguste Comte, istilah sosiologi berasal dari gabungan bahasa Romawi (socious) berarti kawan dan bahasa Yunani (logos) berarti bicara. Berdasarkan dua kata tersebut, sosiologi dapat diartikan “berbicara mengenai masyarakat”. Auguste Comte yang hidup di Perancis pada tahun 1798 hingga 1857 dan dibesarkan setelah Revolusi Perancis, dikenal sebagai bapak sosiologi. Dia dikenal sebagai filsuf yang menyelidiki berbagai gejala tentang tatanan masyarakat dan dinamika masyarakat.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjSH0mXPoahtJiToqMTi1b1sylmzJTuDA3KvmeysARGyN9jU_72opX89NydUpQdBsRjoc8zOy1d3p2qzyp3ikyKSQPSvhSWPsY-S07joAnOpiWp7mhRn_DVSR-9fJ9sbBKloVogf73E1sMtnl89hWT9HvYxdmEXpCPZRH1DSmzhoKoyLJHlJKKf9CKY=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjSH0mXPoahtJiToqMTi1b1sylmzJTuDA3KvmeysARGyN9jU_72opX89NydUpQdBsRjoc8zOy1d3p2qzyp3ikyKSQPSvhSWPsY-S07joAnOpiWp7mhRn_DVSR-9fJ9sbBKloVogf73E1sMtnl89hWT9HvYxdmEXpCPZRH1DSmzhoKoyLJHlJKKf9CKY=s16000" /></a></div><br /><div><br /></div><div>Keresahannya dengan kondisi masyarakat pada waktu dia hidup telah melahirkan beberapa karya. Salah satu bukunya Plan of Scientific Works Necessary for the Re-organization of Society (1822) menjelaskan tentang bagaimana cara dan pendekatan dari perencanaan sosial. Di tempat dan waktu yang lain, sebelum Auguste Comte lahir, pada abad ke 14 di Tunis, terdapat seorang Sejarawan yang bernama Ibnu Khaldun yang juga mengkaji tentang masyarakat. Dalam bukunya Muqaddimah Ibnu Khaldun telah menjelaskan tentang masyarakat yang menetap dan suku-suku yang nomaden (hidup dengan berpindah-pindah tempat) di Afrika Utara.</div><div><br /></div><div>Sosiologi lahir dari situasi dan kondisi masyarakat terutama di Eropa pada abad 18 ketika terjadi Revolusi Industri dan Revolusi Perancis. Revolusi Industri yaitu perubahan besar-besaran yang mengubah masyarakat agraris menjadi masyarakat industri yang berdampak pada kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Revolusi Industri kemudian berkembang dari Eropa ke Amerika dan berbagai wilayah lain di dunia.</div><div><br /></div><div>Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.</div><div><br /></div>
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1VQLF1GgXxdVfIvoQVasVUMwWNLtOoY9w" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-21640455454038358172022-05-12T16:37:00.000+07:002022-05-12T16:37:31.058+07:00Video Sosiologi - Konflik Sosial; Pengertian, Faktor Penyebab, Resolusi Konflik<div style="text-align: center;"><iframe allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/odr43NVIr-g" title="YouTube video player" width="560"></iframe></div><div style="text-align: left;"><div><br /></div><div>Jenis Media Pembelajaran : Video Pembelajaran</div><div>Mata Pelajaran : Sosiologi</div><div>Kelas : 11</div><div>Semester : 2</div><div>Materi : Konflik Sosial</div><div><br /></div><div>Indikator Pencapaian Kompetensi :</div><div>Pengertian konflik sosial</div><div>Faktor Penyebab sosial</div><div>Resolusi sosial</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://youtu.be/odr43NVIr-g" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIk/T9ZTj89yVMMK1wAVBm63WwF4KOKT-1NMgCPcBGAYYCw/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div></div>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-73062868464592308852022-04-18T07:00:00.083+07:002022-04-18T07:00:00.202+07:00Menyusun dan Mempresentasikan Laporan Penelitian<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8d9ohwq3SLk/YKezIvuBHmI/AAAAAAAAAEo/Bci5mIUyUfgYQVXpX_TFRz_qHaVFgNpYgCLcBGAsYHQ/s2048/laporan-penelitian.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-8d9ohwq3SLk/YKezIvuBHmI/AAAAAAAAAEo/Bci5mIUyUfgYQVXpX_TFRz_qHaVFgNpYgCLcBGAsYHQ/s16000/laporan-penelitian.png" /></a></div><div><b><br /></b></div><div><h3 style="text-align: left;"><b>MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN </b></h3>Laporan penelitian adalah dokumen tertulis yang berfungsi sebagai media komunikasi antar peneliti dan pembaca. Syarat-syarat penulisan laporan:<br />a. Peneliti harus mengetahui kepada siapa laporan ditujukan.</div><div>b. Jelas langkah demi langkah penelitian sehingga pembaca mudah memahami.<br />c. Dibuat dengan bahasa yang komunikatif, baik dan benar, serta penyusunannya sistematis.<br /><br />Bentuk laporan beragam dan dipengaruhi oleh pembaca, jenis laporan ilmiah, dan outline/susunan laporannya. Berikut penjelasannya:</div><div><br /><div style="text-align: left;"><b>a. Pembaca </b></div>1) Masyarakat Umum. Laporannya harus praktis dan langsung dapat digunakan oleh masyarakat (biasanya berbentuk brosur). <br />2) Masyarakat Ilmiah. Bentuknya berupa skipsi, tesis, disertasi, monografi, dan artikel ilmiah. Semuanya berisi penjelasan yang mendalam. <br />3) Sponsor penelitian. Laporannya harus sesuai dengan keinginan sponsor karena mereka yang membiayai penelitian.</div><div><br /><b>b. Jenis Laporan Ilmiah</b><br />1) Laporan Monografi. Berisi proses penelitian menyeluruh sesuai dengan metodologi ilmiah dan faktanya riil/nyata. <br />2) Artikel Ilmiah. Difokuskan pada masalah penelitian tunggal yang objektif/mengambil aspek tertentu dari laporan lengkap.<br />3) Laporan Untuk Administrator. Dibuat tidak terlalu lengkap karena tidak merinci tentang rencana pelaksanaan penelitian dan hanya melaporkan hasil penelitian saja.<br /><br />
<script async="" src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7661852389" style="display: block; text-align: center;"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<b>c. Outline/Susunan Laporan</b><br /><b>a) Bagian Pendahuluan (preliminary Materials) </b><br />1) Halaman Judul. Judul penelitian ditulis jelas, ringkas, dan menggambarkan isi. Dicantumkan nama penyusun, nama lembaga, nama tempat dan tahun penyusunan laporan. <br />2) Kata Pengantar. Uraian pendek dari penulis tentang penelitiannya. Diuraikan tentang tujuan penelitian, masalah yang dihadapi, siapa sponsor/pembimbing, dan ucapan terimakasih kepada pihak yang membantu penelitian.<br />3) Daftar Isi. Memuat gambaran menyeluruh tentang isi laporan sehingga hubungan antara satu dengan lainnya dapat diketahui. Semua bagian laporan dicantumkan secara urut sesuai dengan halamannya. <br />4) Daftar Tabel, Gambar, dan grafik. Apabila tidak ada tabel, gambar dan grafik halaman ini tidak perlu dibuat. Daftar tabel dibuat nomor urut dan disesuaikan dengan judul tabel lengkap dengan halamannya. <br /> <br /><b>b) Bagian Isi Laporan (Body of the Paper) </b><br />1) Bab Pendahuluan <br />2) Bab Tinjauan Pustaka <br />3) Bab Metodologi Penelitian <br />4) Bab Pelaksanaan Penelitian <br />5) Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan <br />6) Bab Kesimpulan dan Saran</div><div><br /><b>c) Bagian Penutup </b><br />1) Daftar Pustaka <br />2) Lampiran</div><div><br /><h3 style="text-align: left;"><b>MEMPRESENTASIKAN LAPORAN PENELITIAN</b></h3>Hasil laporan penelitian yang telah ditulis, sebaiknya disajikan dalam bentuk presentasi kelas dengan cara diskusi. Hal ini penting untuk mempertanggung jawabkan laporan. Pemaparan dalam kelas dimaksudkan untuk memperoleh berbagai masukan.</div><div><br />Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan diskusi:<br />a. Mengikutsertakan seluruh peserta dalam diskusi <br />b. Pembicara jangan didominasi oleh beberapa orang <br />c. Menjaga ketertiban dalam diskusi <br />d. Menjaga sopan santun dalam diskusi <br />e. Setiap peserta diberi kesempatan yang sama untuk berpendapat, saran atau sumbangan pemikiran<br /><br />Manfaat Diskusi kelas<br />a. Memupuk sikap berani mengeluarkan pendapat <br />b. Membina untuk mampu berpikir secara kreatif <br />c. Memupuk rasa toleransi, memberi kesempatan, dan menghaargai pendapat orang lain <br />d. Melatih untuk menggunakan pengetahuan yang telah di perolehnya di sekolah</div><div><br /><h3 style="text-align: left;"><b>RANGKUMAN</b></h3>1. Syarat-syarat penulisan laporan:<br />a. Peneliti harus mengetahui kepada siapa laporan ditujukan <br />b. Jelas langkah demi langkah penelitian sehingga pembaca mudah memahami <br />c. Dibuat dengan bahasa yang komunikatif, baik dan benar, serta penyusunannya sistematis.</div><div><br />2. Bentuk laporan beragam dipengaruhi oleh pembaca, jenis laporan ilmiah, dan outline/susunan laporannya terdiri dari:<br />a. Pembaca <br />b. Jenis laporan ilmiah <br />c. Susunan Laporan/Outline</div><div><br />3. Mempresentasikan laporan penelitian<br />a. Prinsip-prinsip diskusi <br />b. Manfaat diskusi kelas</div><div style="text-align: left;">a. Peneliti harus mengetahui kepada siapa laporan ditujukan<br /></div><div><br /></div>
<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Referensi: Dr. Hj. Widiningsih, M.Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1aSyPWvvg40VDEoJ67zIf0xkpeUbh4Mvv" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-62527556543887995922022-04-13T07:00:00.093+07:002022-04-13T07:00:00.205+07:00Proses Integrasi Sosial<div>Integrasi sosial melalui beberapa proses atau tahapan yang harus dilalui yaitu, akomodasi, kerja sama, koordinasi, dan asimilasi. Untuk lebih jelasnya, ayo kita pelajari pembahasan berikut. <br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>AKOMODASI</b></h3>Akomodasi merupakan salah satu proses integrasi sosial. Apa definisi akomodasi itu? Definisi akomodasi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-66r8WvPWU2k/YKffo2JNWsI/AAAAAAAAAGg/KGwTSlfs37wCFg2_I2y60tE3eiB1PQmeACLcBGAsYHQ/s2048/akomodasi.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-66r8WvPWU2k/YKffo2JNWsI/AAAAAAAAAGg/KGwTSlfs37wCFg2_I2y60tE3eiB1PQmeACLcBGAsYHQ/s16000/akomodasi.png" /></a></div></div><div><br /><div style="text-align: left;"><b>a. Soerjono Soekanto</b></div>Akomodasi memiliki dua arti, yaitu menunjuk suatu keadaan dan menunjuk suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya keseimbangan dalam interaksi antara individu atau kelompok sosial yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sementara itu, akomodasi yang menunjuk suatu proses diartikan sebagai usaha manusia untuk meredakan pertentangan dalam mencapai kestabilan (Soekanto, 2012).</div><div><br /><div style="text-align: left;">b. <b>J. Dwi Norwako</b> dan <b>Bagong Suyanto</b></div>Akomodasi merupakan suatu proses kea rah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa (Narwako, 2010).</div><div><br /><div style="text-align: left;">c. <b>Gilin</b> dan <b>Gilin</b></div>Akomodasi merupakan suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial (Soekanto, 2012).</div><div><br />Akomodasi sering terjadi di masyarakat, karena individu atau kelompok tidak mau melakukan Kerjasama. Adanya akomodasi diharapkan dapat menyelesaikan pertentangan atau konflik tanpa menghancurkan pihak lawan. Akomodasi tersebut akan meredakan konflik dan mengganti proses sosial yang sifatnya disosiatif dengan interaksi yang lebih bersifat damai.</div><div><br />Menurut Haryanto (2011), beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut: <br />a. Untuk mengurangi pertentangan yang terjadi pada individu maupun kelompok.<br />b. Sebagai tempat untuk meleburkan antara kelompok-kelompok yang terpisah.<br />c. Digunakan untuk meningkatkan Kerjasama antar individu maupun kelompok.<br />d. Untuk mencegah munculnya pertentangan dalam masyarakat.</div><div><br />Adanya akomodasi dalam masyarakat multikultural seperti masyarakat Indonesia, dapat menciptakan masyarakat masyarakat yang hidup secara damai tanpa menimbulkan perpecahan. Selain itu, masyarakat juga dapat bekerjasama dengan kelompok-kelompok sosial lainnya. Hal ini dikarenakan diantara kelompok sosial yang berbeda dapat saling menyesuaikan diri antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian akan medorong lahirnya integrasi dalam masyarakat.</div><div><br /><h3 style="text-align: left;"><b>KERJA SAMA</b></h3>Selain melakukan akomodasi, proses integrasi sosial juga dalam bentuk kerja sama. Istilah kerja sama tentunya sudah tidak asing bagi kalian. Apa saja contoh kerja sama yang ada di lingkungan sekitarmu? Untuk menjawabnya, ayo pelajari uraian berikut. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kerja sama merupakan bentuk integrasi yang terjalin antara individua tau kelompok yang berusaha untuk mencapai tujuan Bersama. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi dan kesadaran dari setiap anggota masyarakat.</div><div><br />Menurut <b>Charles H. Cooley</b> dikutip dari Soekanto (2012), kerja sama muncul apabila seseorang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama. Selain itu, pada saat bersamaan mereka memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.</div><div><br />Bentuk-bentuk kerja sama dapat dijumpai dalam kelompok dan masyarakat, seperti kerukunan, gotong royong, tolong-menolong, dan lain sebagainya. Kerja sama yang terjalin antar kelompok sosial dalam masyarakat multikultural memiliki pengaruh yang besar dalam integrasi sosial. Hal ini dikarenakan dalam kelompok sosial yang berbeda saling menyesuaikan diri, melengkapi, membutuhkan, dan tidak memaksakan kehendak yang dapat dapat memicu timbulnya konflik dalam masyarakat. Kelompok sosial yang berbeda tersebut melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama. </div><div><br /><h3 style="text-align: left;"><b>KOORDINASI</b></h3>Dalam masyarakat majemuk sering terjadi kerja sama antar individu maupun kelompok sosial. Kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat majemuk tersebut harus dikoordinasi agar lebih terarah dan dapat mencapai tujuan bersama. Koordinasi menurut Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), merupakan pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi dengan mempersatukan individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan di masyarakat.</div><div><br />Dalam organisasi masyarakat, koordinasi merupakan faktor yang dominan. Tanpa adanya koordinasi, suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan dalam kelompok terdiri atas orang-orang dengan sifat dan kepribadian yang berbeda. Proses koordinasi mencakup berbagai aspek kemasyarakatan, seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, dan lain sebagainya. </div><div><br />
<script async="" src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7661852389" style="display: block; text-align: center;"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h3 style="text-align: left;"><b>ASIMILASI </b></h3>Asimilasi merupakan sebuah proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha dalam mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Proses asimilasi tidak akan terjadi apabila antar individu atau kelompok tidak tumbuh sikap toleransi dan saling berempati. Menurut Narwako (2010), proses-proses asimilasi akan tumbuh apabila. <br />a. adanya perbedaan kebudayaan antara kelompok manusia yang berada pada waktu dan tempat yang sama; <br />b. adanya pergaulan secara intensif dalam jangka waktu yang lama; <br />c. adanya penyesuaian kebudayaan di antara kelompok-kelompok tersebut.</div><div><br />Sementara itu menurut Soekanto (2012), ada beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi di masyarakat, antara lain:<br />a. toleransi; <br />b. adanya kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi; <br />c. sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya; <br />d. sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat; <br />e. adanya persamaan dalam usur-unsur kebudayaan; <br />f. adanya perkawinan campur (amalgamasi) <br />g. adanya musuh bersama dari luar.</div><div><br />Selain adanya faktor yang mendorong asimilasi, ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya asimilasi. Menurut Narwako (2010), menyebutkan faktor-faktor penghambat asimilasi adalah sebagai berikut. <br />a. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan kelompok lain dalam masyarakat<br />b. Terisolasinya kebudayaan oleh kelompok sosial.<br />c. Adanya rasa takit terhadap kebudayaan lain. <br />d. Perasaan in-group yang kuat. <br />e. Adanya diskriminasi antara kelompok yang berkuasa dengan kelompok minoritas. <br />f. Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan pertentangan antarkelompok.</div><div><br />Asimilasi sebagai proses sosial yang ditandai oleh semakin berkurangnya perbedaan antar individu dan antar-kelompok. Melalui asimilasi, kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat majemuk saling berinteraksi secara intensif dalam waktu yang lama. Hal ini yang menyebabkan kelompok sosial tersebut berubah dan saling menyesuaikan diri. Dengan demikian integrasi dalam masyarakat akan tercipta.</div><div><br /><h3 style="text-align: left;"><b>RANGKUMAN </b></h3>Akomodasi merupakan salah satu proses integrasi sosial. Definisi akomodasi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut:<br />a. Soerjono Soekanto. Akomodasi memiliki dua arti, yaitu menunjuk suatu keadaan dan menunjuk suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya keseimbangan dalam interaksi antara individua tau kelompok sosial yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sementara itu, akomodasi yang menunjuk suatu proses diartikan sebagai usaha manusia untuk meredakan pertentangan dalam mencapai kestabilan (Soekanto, 2012).</div><div><br />b. J. Dwi Norwako dan Bagong Suyanto. Akomodasi merupakan suatu proses kea rah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa (Narwako, 2010).</div><div><br />c. Gilin dan Gilin. Akomodasi merupakan suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial (Soekanto, 2012). <br />Menurut Haryanto (2011), beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut: <br />a. Untuk mengurangi pertentangan yang terjadi pada individu maupun kelompok. <br />b. Sebagai tempat untuk meleburkan antara kelompok-kelompok yang terpisah. <br />c. Digunakan untuk meningkatkan Kerjasama antar individu maupun kelompok. <br />d. Untuk mencegah munculnya pertentangan dalam masyarakat.</div><div><br />Adanya akomodasi dalam masyarakat multikultural seperti masyarakat Indonesia, dapat menciptakan masyarakat masyarakat yang hidup secara damai tanpa menimbulkan perpecahan. Selain melakukan akomodasi, proses integrasi sosial juga dalam bentuk kerja sama. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kerja sama merupakan bentuk integrasi yang terjalin antara individua tau kelompok yang berusaha untuk mencapai tujuan bersama.</div><div><br />Menurut Charles H. Cooley dikutip dari Soekanto (2012), kerja sama muncul apabila seseorang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama. Bentuk-bentuk kerja sama dapat dijumpai dalam kelompok dan masyarakat, seperti kerukunan, gotong royong, tolong-menolong, dan lain sebagainya. </div><div><br />Dalam masyarakat majemuk sering terjadi kerja sama antar individu maupun kelompok sosial. Kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat majemuk tersebut harus dikoordinasi agar lebih terarah dan dapat mencapai tujuan bersama.</div><div><br />Koordinasi menurut Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), merupakan pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi dengan mempersatukan individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan di masyarakat. Proses koordinasi mencakup berbagai aspek kemasyarakatan, seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya, Pendidikan, dan lain sebagainya.</div><div><br />Asimilasi merupakan sebuah proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha dalam mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Proses asimilasi tidak akan terjadi apabila antar individu atau kelompok tidak tumbuh sikap toleransi dan saling berempati. Menurut Narwako (2010), prosesproses asimilasi akan tumbuh apabila. <br />a. adanya perbedaan kebudayaan antara kelompok manusia yang berada pada waktu dan tempat yang sama; <br />b. adanya pergaulan secara intensif dalam jangka waktu yang lama; <br />c. adanya penyesuaian kebudayaan di antara kelompok-kelompok tersebut. <br />Sementara itu menurut Soekanto (2012), ada beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi di masyarakat, antara lain:<br />a. toleransi; <br />b. adanya kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi; <br />c. sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya; <br />d. sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat; <br />e. adanya persamaan dalam usur-unsur kebudayaan; <br />f. adanya perkawinan campur (amalgamasi);<br />g. adanya musuh bersama dari luar.</div><div><br />Selain adanya faktor yang mendorong asimilasi, ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya asimilasi. Menurut Narwako (2010), menyebutkan faktor-faktor penghambat asimilasi adalah sebagai berikut. <br />a. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan kelompok lain dalam masyarakat.<br />b. Terisolasinya kebudayaan oleh kelompok sosial. <br />c. Adanya rasa takit terhadap kebudayaan lain. <br />d. perasaan in-group yang kuat. <br />e. Adanya diskriminasi antara kelompok yang berkuasa dengan kelompok minoritas. <br />f. Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan pertentangan antarkelompok.<br /></div>
<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Referensi: Irin Veronica Sepang, S. Pd., M. Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/file/d/19SkgG6LovKpVbwBbgczyn69RUAJ3v3Li/view?usp=sharing" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-81479352180415797642022-04-06T22:10:00.078+07:002022-04-06T22:10:00.195+07:00Faktor-Faktor Terbentuknya Integrasi Sosial<div style="text-align: left;">Adanya integrasi sosial berdasarkan pada nilai dan norma yang disepakati Bersama dan memberi tuntutan bagaimana individu berperilaku. Integrasi harus benar-benar dilakukan karena dapat menciptakan keserasian dan keselarasan dalam masyarakat. Untuk mencapai integrasi diperlukan adanya nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman bagi warga masyarakat dalam berperilaku. Oleh karena itu, dalam suatu integrasi dapat terjadi apabila memenuhi beberapa faktor.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Tahukah kalian bahwa integrasi muncul dalam masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor? Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut, kalian harus membaca semua materinya yaa.</div><div style="text-align: left;"><h3 style="text-align: left;"><b>FAKTOR INTERNAL </b></h3>Dalam integrasi sosial dipengaruhi oleh faktor pendorong, baik dari luar maupun dari dalam individu. Secara umum, faktor pendorong integrasi yang berasal dari dalam individu (internal) adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">a. <b>Adanya Semangat Gotong Royong.<br /></b></h4>Indonesia dikenal dengan sifat kekeluargaannya. Hal ini dibuktikan beberapa daerah di Indonesia masih berlaku gotong royong, seperti pada gambar di bawah ini. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-qGUMbehFJUA/YKfdcgV1TMI/AAAAAAAAAGY/FTn19QZuIocOdPzVovvb79dj1B_Gje0mACLcBGAsYHQ/s2048/gotong-royong.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-qGUMbehFJUA/YKfdcgV1TMI/AAAAAAAAAGY/FTn19QZuIocOdPzVovvb79dj1B_Gje0mACLcBGAsYHQ/s16000/gotong-royong.png" /></a></div><div style="text-align: left;">Kegiatan gotong royong tersebut dilakukan secara sukarela dan tanpa mengharapkan imbalan. Budaya gotong royong yang berkembang di masyarakat didasari oleh rasa solodaritas dan tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup masyarakat di lingkungan sekitar.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">b. <b>Adanya Kesadaran Diri Sebagai Makhluk Sosial.<br /></b></h4>Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan orang lain untuk mencukupi kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam masyarakat diperlukan suatu lembaga untuk mengatur individu dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Adapun lembaga tersebut berupa keluarga, koperasi, RT, lembaga pemerintahan, dan lain sebagainya.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">c. <b>Adanya Tuntutan Kebutuhan.<br /></b></h4>Setiap individu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu harus melakukan kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya kerjasama di masyarakat dapat mendorong terciptanya integrasi sosial dan menghindari munculnya konflik.</div><div style="text-align: left;"><br />
<script async="" src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7661852389" style="display: block; text-align: center;"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h3 style="text-align: left;"><b>FAKTOR EKSTERNAL </b></h3>Faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi sosial yang berasal dari luar adalah sebagai berikut.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">a. <b>Adanya Sikap Saling Menghargai dan Toleransi<br /></b></h4>Indonesia yang merupakan masyarakat majemuk, terdiri atas beragam suku, etnis, agama, dan lain sebagainya. Adanya keberagaman tersebut dapat menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang majemuk diperlukan adanya sikap saling menghargai dan toleran dengan orang lain sehingga integrasi sosial dapat tercapai.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">b. <b>Adanya Persamaan Kebudayaan<br /></b></h4>Adanya persamaan budaya dapat memberikan kesempatan untuk saling membaur tanpa adanya kecemburuan sosial. Hal ini akan lebih cepat terciptanya integrasi sosial di masyarakat. </div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">c. <b>Adanya Persamaan Visi, Misi, dan Tujuan<br /></b></h4>Adanya persamaan visi, misi, dan tujuan dapat menumbuhkan sikap kebersamaan meskipun dalam masyarakat terdapat keberagaman sosial dan budaya. </div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">d. <b>Adanya Sikap Terbuka pada Perubahan<br /></b></h4>Dalam kehidupan akan mengalami perubahan setiap harinya. Seseorang yang dapat menyikapi perubahan dan terbuka terhadap perubahan dapat mendorong terciptanya integrasi sosial. </div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">e. <b>Adanya Tuntutan Perkembangan Zaman<br /></b></h4>Perkembangan zaman menuntut manusia untuk selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Namun, adanya perubahan di lingkungan juga dapat mempengaruhi sikap, perilaku, pola hidup, dan pemikiran seseorang. Adanya perkembangan tersebut mendorong manusia untuk terus berkembang dan membaur dengan kelompok lainnya agar dapat mengikuti perkembangan zaman.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">f. <b>Adanya Tantangan dari Pihak Luar<br /></b></h4>Pada zaman dahulu, bangsa Indonesia pernah dijajah oleh Bangsa Barat, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Adanya bangsa Barat tersebut membuat Indonesia memiliki perasaan senasip sepenanggungan. Hal inilah yang mendorong masyarakay untuk membentuk suatu kesatuan dalam menghadapi tantangan yang datang dari luar.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;">g. <b>Adanya Konsensus Nilai dalam Masyarakat<br /></b></h4>Dalam masyarakat terdapat nilai luhur yang mengatur dan dijadikan sebagai acuan untuk membangun kehidupan yang harmonis dengan sesama. Adanya kesempatan terhadap nilai-nilai luhur, maka akan tercipta rasa kebersamaan dalam perkembangan zaman.<br /><br /></div><div style="text-align: left;">Integrasi sosial dapat terjadi karena adanya faktor pendorong dari dalam maupun dari luar individu. Selain faktor pendorong, ada pula faktor penghambat.</div><div style="text-align: left;"><br />Faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut:<br />a. Masyarakat yang sifatnya heterogen <br />b. Wilayah Indonesia yang luas <br />c. Adanya paham etnosentrisme <br />d. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa <br />e. Adanya ancaman dari luar <br />f. Adanya ketidakmerataan pembangunan </div><div style="text-align: left;"> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>RANGKUMAN</b></h3>Dalam integrasi sosial dipengaruhi oleh faktor pendorong, baik dari luar maupun dari dalam individu. Secara umum, faktor pendorong integrasi yang berasal dari dalam individu (internal) adalah sebagai berikut: <br />1. Adanya Semangat Gotong Royong. Indonesia dikenal dengan sifat kekeluargaannya. Hal ini dibuktikan beberapa daerah di Indonesia masih berlaku gotong royong.<br /> <br />2. Adanya Kesadaran Diri Sebagai Makhluk Sosial. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan orang lain untuk mencukupi kebutuhannya.</div><div style="text-align: left;"><br />3. Adanya Tuntutan Kebutuhan. Setiap individu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu harus melakukan kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya kerjasama di masyarakat dapat mendorong terciptanya integrasi sosial dan menghindari munculnya konflik.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi sosial yang berasal dari luar adalah sebagai berikut: </div><div style="text-align: left;">1. Adanya sikap saling menghargai dan toleransi.<br />2. Adanya persamaan kebudayaan.<br />3. Adanya Persamaan Visi, Misi, dan Tujuan.<br />4. Adanya Sikap Terbuka pada Perubahan.<br />5. Adanya Tuntutan Perkembangan Zaman.<br />6. Adanya Tantangan dari Pihak Luar.<br />7. Adanya Konsensus Nilai dalam Masyarakat.</div><div style="text-align: left;"><br />Integrasi sosial dapat terjadi karena adanya faktor pendorong dari dalam maupun dari luar individu. Selain faktor pendorong, ada pula faktor penghambat. <br />Faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut: <br />1. Masyarakat yang sifatnya heterogen.<br />2. Wilayah Indonesia yang luas.<br />3. Adanya paham etnosntrisme.<br />4. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.<br />5. Adanya ancaman dari luar.<br />6. Adanya ketidakmerataan pembangunan.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Referensi: Irin Veronica Sepang, S. Pd., M. Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/file/d/1y9_RR7NBZSYMDPSET5o1IqhXJKtXv6eV/view?usp=sharing" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-49940287910343004062022-03-23T07:00:00.088+07:002022-03-23T07:00:00.209+07:00Integrasi Sosial, Integrasi Bangsa, Integrasi Nasional<div style="text-align: left;">Konflik maupun kekerasan yang terjadi di masyarakat merupakan suatu fenomena sosial yang tidak dapat dihindari. Adanya konflik di masyarakat dapat menimbulkan perpecahan, sehingga perlu adanya integrasi sosial untuk mengatasi permasalahan tersebut. Nah..apa integrasi sosial itu? Ayo pelajari materi berikut! <br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>INTEGRASI SOSIAL</b></h3>Kata integrasi berasal dari bahasa Inggris, integration yang artinya pembaruan hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Istilah pembaruan tersebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi seperti satu. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), integrasi sosial merupakan proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang berbeda-beda sehingga membentuk suatu kesatuan masyarakat yang serasi.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Beberapa definisi mengenai integrasi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.<br /><b>Paul B. Horton<br /></b>Integrasi, yaitu proses pengembangan masyarakat dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Banton<br /></b>Integrasi didefinisikan sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memiliki makna penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dalam ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha. Dalam hal ini hanya berkaitan dengan perbedaan fisiknya (ciri-ciri badaniah) saja.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Maurice Duverge<br /></b>Integrasi adalah interpendensi (kesalingtergantungan) yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat. Jadi, di dalam integrasi tercipta suatu penyatuan hubungan antara individu-individu sebagai anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat yang harmonis.</div><div style="text-align: left;"><br />Adapun beberapa definisi mengenai integrasi sosial menurut para ahli sebagai berikut. <br /><b>Soerjono Soekanto<br /></b>Integrasi sosial adalah sebuah proses sosial individua tau kelompok untuk berusaha memenuhi tujuan melawan lawan yang disertai dengan suatu ancaman dan/atau kekerasan.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Baton<br /></b>Integrasi sosial adalah suatu integrasi sebagai sebuah pola hubungan yang mengakui adanya suatu perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan suatu fungsi penting pada perbedaan dalam sebuah ras.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Gilin<br /></b>Integrasi sosial adalah suatu bagian dari proses sosial yang terjadi karena suatu perbedaan fisik, emosional, budaya, dan perilaku.</div><div style="text-align: left;"><br />Integrasi sosial pada dasarnya muncul karena adanya kerjasama yang baik di antara sesama anggota masyarakat itu sendiri. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila masing-masing individu yang berada di dalam suatu kelompok masyarakat dapat mengendalikan prasangka yang ada di tengah masyarakat itu sendiri sehingga tidak terjadi konflik. Integrasi sosial dapat terwujud dalam bentuk solidaritas sosial serta rasa kebersamaan antarhubungan masyarakat secara harmonis dalam melakukan Kerjasama dengan kelompok yang mempunyai sifat, sikap, dan watak yang berbeda. <br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>INTEGRASI BANGSA</b></h3>Dalam kehidupan suatu bangsa, kita harus menyadari adanya keanekaragaman yang dilandasi oleh rasa persatuan dan kesatuan tanah air, bahasa, dan cita-cita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi kebanggaan bangsa karena memberikan warna dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya keanekaragaman akan menciptakan suasana harmonis dengan anggota masyarakat. Sikap harmonis dalam masyarakat dapat dilakukan melalui proses integrasi bangsa. Bangsa diartikan sekelompok manusia yang memiliki persamaan karakteristik. Bangsa terbentuk karena adanya rasa ingin Bersatu, seperti munculnya integrasi bangsa. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), integrasi bangsa diartikan sebagai penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam suatu wilayah pembentukan suatu identitas nasional. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ofsGtKMpbag/YKfaSND1rQI/AAAAAAAAAGQ/fDVxMTXGOpkF9lh3Nu8ICLQHbKv38L9UACLcBGAsYHQ/s2048/integrasi-bangsa.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-ofsGtKMpbag/YKfaSND1rQI/AAAAAAAAAGQ/fDVxMTXGOpkF9lh3Nu8ICLQHbKv38L9UACLcBGAsYHQ/s16000/integrasi-bangsa.png" /></a></div><p style="text-align: left;"></p><div style="text-align: left;"><h3 style="text-align: left;"><b>INTEGRASI NASIONAL</b></h3>Integrasi nasional dapat diartikan sebagai proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga tercipta keserasian dan keselarasan secara nasional. Coba kalian perhatikan wilayah Indonesia seperti pada gambar di bawah! Apa yang dapat kamu gambarkan tentang Indonesia? Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya dan wilayah yang luas. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-mEhpkXqY0XM/YKfZDQoHHnI/AAAAAAAAAGI/lH8N99zooD4fmSun1h7L_6DB7hopIBRYwCLcBGAsYHQ/s2048/integrasi-nasional.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-mEhpkXqY0XM/YKfZDQoHHnI/AAAAAAAAAGI/lH8N99zooD4fmSun1h7L_6DB7hopIBRYwCLcBGAsYHQ/s16000/integrasi-nasional.png" /></a></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Adanya berbagai budaya dan wilayah membuat Indonesia menjadi negara yang beragam. Keberagaman yang ada di Indonesia jika tidak dikelola dengan baik dapat memicu terjadinya konflik, sehingga perlu adanya integrasi untuk mengendalikan permasalahan tersebut.</div><div style="text-align: left;"><br />Menurut Ahmadi (2009), terdapat tiga masalah yang harus dikaji untuk mencapai integrasi nasional. Ketiga masalah tersebut adalah sebagai berikut.<br />a. Pembauran bangsa.<br />b. Kerukunan antarumat beragama dan kepercayaan yang dianutnya.<br />c. Perubahan nilai-nilai.</div><div style="text-align: left;"><br />Indonesia terdiri atas berbagai suku, agama, budaya, sistem sosial, dan lain sebagainya. Keberagaman Indonesia berada dalam suatu semboyan Bhineka Tunggal Ika. Melalui semboyan tersebut, terjadi proses integrasi nasional dimana perbedaan yang ada dipersatukan sehingga tercipta keselarasan. Persatuan dari kemajemukan yang ada di Indonesia inilah yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lainnya. Adanya perbedaan yang beragam tersebut menjadi identitas bangsa Indonesia yang terwujud dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.</div><div style="text-align: left;"><br />Integrasi nasional sebagai upaya penyatuan kelompok sosial dalam kesatuan wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktorfaktor pendorong integrasi nasional adalah sebagai berikut (Ranjabar, 2013).<br />a. Adanya perasaan senasip dan sepenanggungan. <br />b. Munculnya rasa cinta tanah air. <br />c. Adanya rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. <br />d. Berkembangnya budaya gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. <br />e. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. <br />f. Adanya keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia.</div><div style="text-align: left;"><br />Di Indonesia terdapat enam agama resmi yaitu, Islam, Kristen Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu. Adanya perbedaan agama yang dianut masyarakat dapat memicu munculnya konflik yang menimbulkan perpecahan. Namun, melalui sikap toleransi yang dikembangkan oleh para pemeluk agama dapat menciptakan suatu integrasi nasional. Hal ini dapat menghindari perpecahan dalam negara.</div><div style="text-align: left;"><br />
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-8330116073357612"
data-ad-slot="7661852389"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h3 style="text-align: left;"><b>INTEGRASI BUDAYA</b></h3>Setiap negara memiliki budaya masing-masing. Budaya tersebut menjadi ciri khas dari suatu bangsa seperti bangsa kita. Indonesia yang terdiri dari berbagai daerah memiliki keberagaman budaya, misalnya budaya Sumatera, budaya Jawa, budaya Kalimantan, dan sebagainya. Adanya keberagaman budaya tersebut perlu adanya integras budaya.</div><div style="text-align: left;"><br />Tahukah kalian apa integrasi budaya itu? Integrasi budaya merupakan perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga menghasilkan keserasian fungsinya dalam kehidupan masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat berupa bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem religi, serta kesenian. <br />Integrasi kebudayaan dapat terjadi dengan memenuhi beberapa syarat berikut. <br />a. Adanya proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda <br />b. adanya pola hubungan yang serasi akibat adanya proses penyesuaian unsur budaya. <br />c. Adanya unsur-unsur budaya yang berbeda. <br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>RANGKUMAN</b></h3>Kata integrasi berasal dari bahasa Inggris, integration yang artinya pembaruan hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Istilah pembaruan tersebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi seperti satu.</div><div style="text-align: left;"><br />Beberapa definisi mengenai integrasi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: <br />a. Paul B. Horton. Integrasi, yaitu proses pengembangan masyrakat dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan secara Bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.</div><div style="text-align: left;"><br />b. Banton. Integrasi didefinisikan sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memiliki makna penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dalam ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha.</div><div style="text-align: left;"><br />c. Maurice Duverge. Integrasi adalah interpendensi (kesalingtergantungan) yang lebih rapat antarabagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat.</div><div style="text-align: left;"><br />Adapun beberapa definisi mengenai integrasi sosial menurut para ahli sebagai berikut: <br />a. Soerjono Soekanto. Integrasi sosial adalah sebuah proses sosial individua tau kelompok untuk berusaha memenuhi tujuan melawan lawan yang disertai dengan suatu ancaman dan/atau kekerasan. <br />b. Baton. Integrasi sosial adalah suatu integrasi sebagai sebuah pola hubungan yang mengakui adanya suatu perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan suatu fungsi penting pada perbedaan dalam sebuah ras.<br />c. Gilin. Integrasi sosial adalah suatu bagian dari proses sosial yang terjadi karena suatu perbedaan fisik, emosional, budaya, dan perilaku.</div><div style="text-align: left;"><br />Integrasi sosial dapat terwujud dalam bentuk solidaritas sosial serta rasa kebersamaan antarhubungan masyarakat secara harmonis dalam melakukan Kerjasama dengan kelompok yang mempunyai sifat, sikap, dan watak yang berbeda.</div><div style="text-align: left;"><br />Bangsa diartikan sekelompok manusia yang memiliki persamaan karakteristik. Bangsa terbentuk karena adanya rasa ingin Bersatu, seperti munculnya integrasi bangsa. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), integrasi bangsa diartikan sebagai penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam suatu wilayah pembentukan suatu identitas nasional.</div><div style="text-align: left;"><br />Integrasi nasional dapat diartikan sebagai proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga tercipta keserasian dan keselarasan secara nasional. Adanya berbagai budaya dan wilayah membuat Indonesia menjadi negara yang beragam. Keberagaman yang ada di Indonesia jika tidak dikelola dengan baik dapat memicu terjadinya konflik, sehingga perlu adanya integrasi untuk mengendalikan permasalahn tersebut.</div><div style="text-align: left;"><br />Menurut Ahmadi (2009), terdapat tiga masalah yang harus dikaji untuk mencapai integrasi nasional. Ketiga masalah tersebut adalah sebagai berikut:<br />a. Pembauran bangsa <br />b. Kerukunan antarumat beragama dan kepercayaan yang dianutnya <br />c. Perubahan nilai-nilai</div><div style="text-align: left;"><br />Indonesia terdiri atas berbagai suku, agama, budaya, sistem sosial, dan lain sebagainya. Keberagaman Indonesia berada dalam suatu semboyan Bhineka Tunggal Ika. Melalui semboyan tersebut, terjadi proses integrasi nasional dimana perbedaan yang ada dipersatukan sehingga tercipta keselarasan.</div><div style="text-align: left;"><br />Integrasi nasional sebagai upaya penyatuan kelompok sosial dalam kesatuan wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor pendorong integrasi nasional adalah sebagai berikut (Ranjabar, 2013):<br />a. Adanya perasaan senasip dan sepenanggungan <br />b. Munculnya rasa cinta tanah air <br />c. Adanya rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara <br />d. Berkembangnya budaya gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia <br />e. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. <br />f. Adanya keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia</div><div style="text-align: left;"><br />Di Indonesia terdapat enam agama resmi yaitu, Islam, Kristen Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu. Adanya perbedaan agama yang dianut masyarakat dapat memicu munculnya konflik yang menimbulkan perpecahan. Namun, melalui sikap toleransi yang dikembangkan oleh para pemeluk agama dapat menciptakan suatu integrasi nasional. Hal ini dapat menghindari perpecahan dalam negara.<br />Integrasi budaya merupakan perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga menghasilkan keserasian fungsinya dalam kehidupan masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat berupa bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem religi, serta kesenian.</div><div style="text-align: left;"><br />Integrasi kebudayaan dapat terjadi dengan memenuhi beberapa syarat berikut: <br />a. Adanya proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda <br />b. adanya pola hubungan yang serasi akibat adanya proses penyesuaian unsur budaya <br />c. Adanya unsur-unsur budaya yang berbeda.</div>
<p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Referensi: Irin Veronica Sepang, S. Pd., M. Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1jYEB0LiuT7NRa4GfsxDchjs8NN8eo3F5" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-89692270478109778232022-03-21T07:00:00.122+07:002022-03-21T07:00:00.214+07:00Penelitian Sosial - Pengertian, Jenis-jenis, Metode dan Langkah-langkah Penelitian <p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hYVxiITZNeE/YKeytidQKbI/AAAAAAAAAEg/KgkzD7Ycw7QR2ZD7guZjizKla96eObEHgCLcBGAsYHQ/s2048/penelitian-sosial.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-hYVxiITZNeE/YKeytidQKbI/AAAAAAAAAEg/KgkzD7Ycw7QR2ZD7guZjizKla96eObEHgCLcBGAsYHQ/s16000/penelitian-sosial.png" /></a></div><h3 style="text-align: left;"><b>PENGANTAR PENELITIAN SOSIAL</b></h3><p></p><div style="text-align: left;"><h4 style="text-align: left;"><b>1) Penalaran (Proses Berfikir) dan Penelitian Sosial </b></h4>Proses berfikir lahir dari rasa ragu terhadap suatu hal dan keinginan untuk memperoleh suatu kepastian sehingga kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas dan memerlukan pemecahan. Biasanya manusia selalu berfikir jika berhadapan dengan banyak permasalahan sehingga memunculkan keingian berfikir untuk menyelesaikannya. Proses berfikir ini disebut dengan penalaran. Penalaran adalah suatu proses berfikir untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;"><b>2) Ciri-ciri penalaran</b></h4>a. <b>Logis</b>, artinya pemikiran ditimbang secara objektif dan berdasarkan pada data yang sah.<br />b. <b>Analitis</b>, artinya penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.<br />c. <b>Rasional</b>, artinya apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;"><b>3) Jenis penalaran</b></h4>a. <b>Deduktif</b>, yaitu cara berfikir ilmiah yang bertolak dari pernyataan atau alasan yang bersifat umum ke pernyataan atau alasan yang bersifat khusus dengan menggunakan kaidah logika tertentu.<br />b. <b>Induktif</b>, yaitu metode pemikiran yang bertolak dari peristiwa khusus untuk menentukan hukum umum.<br />c. <b>Pendekatan ilmiah</b>, yaitu gabungan antara cara penalaran deduktif dan induktif. Dalam pendekatan ilmiah panalaran disertai dengan suatu dugaan sementara atau hipotesis.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;"><b>4) Pengertian Penelitian</b></h4>Bentuk-bentuk pertanyaan seperti “ini apa?”, “itu apa?”, “mengapa hal ini bisa terjadi?”, “bagaimana memecahkannya?” dan lain-lain telah ada sepanjang sejarah manusia. Manusia berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tersebut dan berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai hal-hal yang dipertanyakan tadi. Salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar tersebut adalah melalui kegiatan penelitian. Kata penelitian adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Jadi research berarti mencari kembali suatu pengetahuan. Jadi, penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Pengertian penelitian lainnya yaitu penelitian adalah suatu proses atau rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan tertentu.<br /><br /><h4 style="text-align: left;"><b>5) Fungsi Penelitian</b></h4>a. <b>Fungsi verikatif </b>atau pengujian adalah fungsi penelitian ilmiah untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada.<br />b. <b>Fungsi eksploratif </b>atau penjajagan adalah fungsi penelitian ilmiah untuk menemukan sesuatu yang belum ada atau mengisi kekosongan dan kekurangan ilmu.<br />c. <b>Fungsi development</b> atau pengembangan adalah fungsi penelitian ilmiah untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;"><b>6) Manfaat Penelitian</b></h4>a. Bagi dunia pendidikan, untuk menambah referensi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.<br />b. Bagi masyarakat, untuk menambah sumber bacaan sehingga dapat menambah pengetahuan masyarakat.<br />c. Bagi peneliti, dapat meningkatkan karir dan profesi peneliti jika penelitiannya dianggap berhasil. Dapat menambah jaringan kerja.<br />d. Bagi pemerintah, dapat membantu pemerinah dalam menentukan suatu kebijakan yang dianggap sesuai dengan kondisi masyarakat.<br /> <br /><h4 style="text-align: left;"><b>7) Sikap Seorang Peneliti</b></h4>a. <b>Objektif</b>, yaitu seorang peneliti harus dapat memisahkan antara pendapat pribadi dan fakta yang ada (tidak boleh subjektif).<br />b. <b>Kompeten</b>, yaitu seorang peneliti yang baik memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan penelitian dengan menggunakan metode dan teknik penelitian tertentu.<br />c. <b>Faktual</b>, yaitu seorang peneliti harus bekerja bersdasarkan fakta yang diperoleh, bukan berdasarkan observasi, harapan, dan anggapan yang bersifat abstrak.<br /> <br /><h4 style="text-align: left;"><b>8) Cara Berpikir Seorang Peneliti</b></h4>a. <b>Skeptis</b>, seorang peneliti harus selalu mempertanyakan bukti atau fakta yang dapat mendukung suatu pernyataan.<br />b. <b>Analitis</b>, seorang peneliti harus selalu menganalisis setiap pernyataan atau persoalan yang dihadapi. <br />c. <b>Kritis</b>, peneliti harus selalu mendasarkan pikiran dan pendapatnya pada logika serta menimbang berbagai hal secara objektif berdasarkan data dan analisis akal sehat.<br />d. <b>Jujur</b>, peneliti tidak memasukan keinginannya sendiri ke dalam data.<br />e. <b>Terbuka</b>, peneliti bersedia memberikan bukti penelitian dan siap menerima pendapat pihak lain tentang hasil penelitiannya.</div><div style="text-align: left;"><br />
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-8330116073357612"
data-ad-slot="7661852389"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h3 style="text-align: left;"><b>JENIS-JENIS PENELITIAN SOSIAL</b></h3>1) <b>Berdasarkan tempat pengumpulan data</b>, penelitian dapat dilakukan di laboratorium, perpustakaan, dan lapangan.</div><div style="text-align: left;"><br />2) <b>Berdasarkan tingkat analisis yang direncanakan</b>, peneliti untuk data yang hendak dikumpulkan, penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut:<br />a. <b>Penelitian deskriptif</b> adalah penelitian yang berupaya menyajikan rincian lebih lanjut dari informasi yang ada. Dalam penelitian desktiptif, penelitian yang berupaya menyajikan rincian lebih lanjut dari informasi yang ada. Dalam penelitian desktiptif, pertanyaan dimulai dengan kata tanya bagaimana.<br />b. <b>Penelitian eskploratif</b> adalah penelitian yang berupaya mendapatkan informasi mendasar tentang permasalahan atau keadaan yang jarangatau belum pernah diteliti. Peneliti merencanakan penelitiannya tanpa merumuskan hipotesis khusus, dalam penelitian ini pertanyaan sering dimulai dengan kata tanya apa.<br />c. <b>Penelitian prediksi</b> adalah penelitian ilmiah yang berupaya menggambarkan atau menjelaskan apa yang mungkin terjadi di masa mendatang.<br />d. <b>Penelitian eksplanasi</b> adalah penelitian ilmiah yang berupaya menganalisis hubungan antarvariabel yang diteliti. Penelitian eksplanasi memiliki hipotesis dan dirancang untuk menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi. Pertanyaan peneliti sering dimulai dengan kata tanya mengapa.</div><div style="text-align: left;"><br />3) <b>Berdasarkan data yang dikumpulkan</b>. Penelitian dibagi menjadi penelitian sebagai berikut: <br />a. Penelitian kuantitatif, menekankan pada jumlah data yang dikumpulkan. Penelitian ini hanya melihat data pada lapisan permukaan, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan besarnya penghasilan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Pendekatan penelitian ini menggunakan teknik survei.<br />b. Penelitian kualitatif menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang diperoleh. Teknik yang digunakan adalah wawancara. Data untuk jenis penelitian ini tidak dianalisis dengan statistik.</div><div style="text-align: left;"><br />4) <b>Berdasarkan metodenya penelitian</b>, dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : <br />a. <b>Penelitian historik</b>, fokus kajian pada peristiwa masa lampau.<br />b. <b>Penelitian survei</b>, penelitian untuk memperoleh informasi dari berbagai kelompok atau orang dengan cara penyebaran kuesiner atau angket.<br />c. <b>Penelitian eksperimen</b>, seorang peneliti merekayasa dan mengontrol situasi alamiah menjadi situasi buatan sesuai dengan tujuan penelitian.<br />d. <b>Penelitian observasi</b>, tujuannya untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan.</div><div style="text-align: left;"><br />5) <b>Berdasarkan bidang studinya penelitian</b>, dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :<br />a. <b>Penelitian bidang sosial humaniora</b>, misalnya penelitian mengenai Pendidikan, ekonomi, politik, sosial budaya, etnografi, dan lain-lain.<br />b. <b>Penelitian bidang eksakta</b>, misalnya penelitian mengenai biologi (manfaat tanaman obat, penemuan bibit tanaman unggul), pemenfaatan energi matahari, dan lain-lain.</div><div style="text-align: left;"><br /><h3 style="text-align: left;"><b>METODOLOGI DAN LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN SOSIAL </b></h3><h4 style="text-align: left;"><b>1) Metodologi Penelitian</b></h4>Kata metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan dan logos yang berarti ilmu. Metodologi penelitian adalah ilmu yang membicarakan tata cara atau jalan sehubungan dengan adanya penelitian. Dalam metodologi penelitian dibahas mengenai bagaimana suatu penelitian dimulai dan diakhiri dengan pembuatan laporan penelitian serta beberapa teknik yang digunakan dalam menganalisis data. Metodologi penelitian itu sendiri melingkupi metode penelitian. Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan yang memiliki langkah-langkah sistematis. Metode penelitian menyangkut cara kerja untuk dapat memahami yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan.</div><div style="text-align: left;"><br /><h4 style="text-align: left;"><b>2) Langkah-langkah penelitian Sosial</b></h4>Suatu penelitian dilakukan dengan urutan tertentu, yaitu sebagai berikut:<br />a. <b>Menentukan topik penelitian</b></div><div style="text-align: left;">Topik dapat diambil dari berbagai sumber yang ada dalam kehidupn sehari-hari (Misalnya, masalah pendidikan, ekonomi, sosial, dll). Dalam menentukan topik peneliti harus mempertimbangkan hal-hal:<br />a) Topik harus menarik dan perlu diteliti.<br />b) Tersedia data yang cukup.<br />c) Topik merupakan hal yang baru. <br />d) Memiliki manfaat.<br />e) Dapat dilakukan oleh peneliti.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Melaksanakan Studi pendahuluan<br /></b>Studi pendahuluan perlu dilakukan agar peneliti tahu betul masalah yang akan diteliti. Dapat dilakukan dengan studi kepustakaan (membaca berbagai referensi yang berkaitan dengan penelitiannya), bertanya/konsultasi pada ahli dan observasi ke lokasi penelitian. <br />a) Merumuskan masalah sehingga batasan, kedudukan, dan alternatif cara pemecahan masalah tersebut menjadi jelas.<br />b) Memutuskan Asumsi/Anggapan Dasar/Hipotesis Penelitian.<br />Menetapkan hipotesis sebagai titik tolak dalam mengadakan tindakan untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang dipilih.<br />c) Memilih Metode Pengumpuln Data.<br />Metode pengumpulan data dikelompokkan menjadi dua, yaitu metode tes (untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, atau bakat yng dimiliki individu/kelompok) dan non tes (wawancara, angket, observasi).</div><div style="text-align: left;"><br /><h3 style="text-align: left;"><b>RANGKUMAN</b></h3>1. Penelitian sosial adalah kegiatan mengumpulkan, mengelola, menganalisis, dan menyajikan sejumlah data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji hipotesis tentang kemasyarakatan (sosial).</div><div style="text-align: left;"><br />2. Pola berpikir manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pola berpikir dedukasi, induksi dan pola berpikir gabungan (dedukasi-induksi).</div><div style="text-align: left;"><br />3. Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang peneliti adalah sebagai berikut. <br />a. Bersikap objektif.<br />b. Kompeten.<br />c. Faktual.<br />d. Jujur.<br />e. Terbuka.</div><div style="text-align: left;"><br />4. Fungsi penelitian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut. <br />a. Fungsi penjajakan (eksploratif).<br />b. Fungsi pengujian (vertifikatif).<br />c. Fungsi pengembangan (developmental).</div><div style="text-align: left;"><br />5. Jenis-jenis penelitian secara garis besar dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu berdasarkan tujuannya, metode yang digunakan, bidang studi yang diteliti, tempat penelitian, cara pembahasannya, dan jenis data yang terkumpul.</div><div style="text-align: left;"><br />6. Rancangan penelitian adalah usaha-usaha atau langkah-langkah yang harus dilalui dalam pelaksanaan penelitian. Rancangan penelitian disusun dengan tahapan sebagai berikut. <br />a. Menentukan topik penelitian.<br />b. Melaksanakan studi pendahuluan.<br />c. Merumuskan masalah.<br />d. Merumuskan asumsi/ anggapan dasar dan hipotensis penelitian.<br />e. Memilih metode penelitian.<br />f. Mengolah data penelitian.<br />g. Membuat kesimpulan dan saran.</div><div style="text-align: left;"><br />7. Metode pengumpulan data secara umum dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu metode tes dan nontes. Metode nontes dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut. <br />a. Metode wawancara/ interview.<br />b. Angket.<br />c. Observasi.</div>
<p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Referensi: Dr. Hj. Widiningsih, M.Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1ZZJoFR6TMkuWpypAF7Z1ZCaPjDkoTg57" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-79826044650057565752022-02-25T07:00:00.090+07:002023-01-04T07:30:00.960+07:00Melaksanakan Pemantauan, Evaluasi dan Laporan<div style="text-align: left;"><h3 style="text-align: left;"><b>LANGKAH-LANGKAH PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS </b></h3>Pelaksanaan evaluasi mampu dilakukan dalam tipe-tipe, sebagai berikut: <br />1. Sebelum program dilaksanakan (pre -program evaluation), bertujuan meninjau kembali kelayakan dan kesiapan rancangan program. Bila dinilai tidak layak, mampu dilakukan perbaikan/pembatalan rencana program pemberdayaaan. <br />2. Pada saat program berjalan (on-going evaluation), perlu dilakukan untuk menilai dan mengetahui kesalahan/penyimpangan pemberdayaan sedini mungkin. <br />3. Setelah program berakhir (ex-post evaluation) sebagai bentuk penilaian akhir dan pertanggungjawaban pelaksanaan program pemberdayaan. (Soetomo; 2013: 349) </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-9bfcDX-ySSk/YKj4dlhH4YI/AAAAAAAAFnM/CxAwyzh20UISzkrzD9vtKc4e23_g506CwCLcBGAsYHQ/s2048/langkah-evaluasi-pemberdayaaan-masyarakat.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-9bfcDX-ySSk/YKj4dlhH4YI/AAAAAAAAFnM/CxAwyzh20UISzkrzD9vtKc4e23_g506CwCLcBGAsYHQ/s16000/langkah-evaluasi-pemberdayaaan-masyarakat.png" /></a></div><div style="text-align: left;">Langkah-langkah kegiatan evaluasi pemberdayaaan masyarakat secara garis besar sama dengan kegiatan penelitian sosial. Secara garis besar tahapan evaluasi pemberdayaan komunitas meliputi:</div><div style="text-align: left;"><br /><b>a. Persiapan<br /></b>Persiapan yang perlu dilakukan yaitu penyusunan rencana kegiatan evaluasi, penyusunan instrument evaluasi, validasi instrument evaluasi, penentuan jumlah sampel yang diperlukan dan penyamaan persepsi antar evaluator. Beberapa hal yang perlu disamakan, tujuan program, tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan program, wilayah generalisasi, teknik sampling dan jadwal kegiatan. Di tahap ini termampu dua tahapan yang harus dikerjakan yakni, pertama penyiapan petugas yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang mampu dilakukan oleh komunitas pekerja (community worker) dan yang kedua adalah penyiapan lapangan yang pada dasarnya diupayakan dilaksanakan dengan cara non-direktif.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>b. Pelaksanaan<br /></b>Dalam usaha pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, keikut sertaan masyarakat sebagai kader diharapkan bisa menjaga keberlangsungan program yang sudah dikembangkan. Kerja sama antara petugas dan masyarakat menjadi hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang telah terancang dengan baik bisa melenceng atau tak sesuai harapan ketika berada di lapangan. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program merupakan proses pengumpulan data /informasi yang dilakukan untuk menilai suatu kegiatan/program. Alat pengumpul data yang mampu digunakan, melaluites, observasi, wawancara (check list, perekan suara, atau perekam gambar), angket dan analisis dokumen. <br /> <br /><b>c. Analisis <br /></b>Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Sete lah data/sumber informasi terkumpul dilakukan tahapan analisis. Pelaksanaan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana program. Tahapan ini terkait dengan proses pengambilan kesimpulan. Tahap ini mampu berisi saran atau masukan upaya perbaikan yang harus dilakukan setelah dilaksanakan.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>d. Pelaporan <br /></b>Pelaporan merupakan tahap akhir penelitian, dimana semua hasil penelitian yang telah di analisis dituangkan dalam sebuah produk tulisan yang terstruktur. Pelaporan hasil evaluasi mampu dilakukan melalui sosialisasi, penulisan laporan dan pendokumentasian video.</div><div style="text-align: left;"><br />
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-8330116073357612"
data-ad-slot="7661852389"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h3 style="text-align: left;"><b>PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS</b></h3>a. <b>FGD (Focus Group Disscusion)<br /></b>Kelebihan Teknik Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT/FGD); Relatif murah dan cepat, moderator relatif mampu dilakukan oleh semua orang, mampu dilakukan melalui pelatihan pendek, mampu digunakan untuk menggali kebiasaan, keyakinan, dan penilaian sebuah kelompok. Metode penelitian untuk menggali, persepsi, penmampu. Teknik wawancara dan mengelompokan data secara berkelompok. Digunakan untuk melatih kepercayaan diri. Digunakan sebelum kegiatan evaluasi. Langkah-langkah DKT: menentukan jumlah anggota, menentukan tempat penyelenggaraan, menyiapkan perlengkapan, menentukan moderator, menyiapkan fasilitator, menyiapkan pencatat, melakukan diskusi dan wawancara, menganalisis hasil, menyusun laporan.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Survey<br /></b>Teknik-teknik survey: menggunakan pedoman wawancara, menggunakan kuesioner, menggunakan kuesioner terkirim, menggunakan wawancara melalui telepon. Pelaksanaan komunikasi dalam kegiatan survei: Personal yaitu secara langsung atau secara pribadi, impersonal tidak secara langsung dan gabungan yaitu gabungan kedua cara agar lebih mudah memahami langkah-langkah pelaksanaan teknik survei.</div><div style="text-align: left;"><br />c. <b>Monitoring/ observasi<br /></b>Monev yang dilakukan oleh petugas yang profesional, dan didukung dengan instrumen yang baku akan mampu diperoleh data obyektif. Data obyektif yang dianalisis dengan teknik yang tepat akan dimampukan informasi yang terpercaya untuk dasar pengambilan keputusan manajemen. Sehingga keputusan yang diambil tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan monev/pengamatan secara langsung terhadap suatu pemberdayaan yang termampu di lingkungan, baik yang sedang berlangsung saat itu atau masih berjalan yang meliputi berbagai aktifitas perhatian terhadap suatu kajian pemberdayaan komunitas dengan menggunakan penginderaan.<br /><br /><h3 style="text-align: left;"><b>PENYUSUNAN LAPORAN HASIL EVALUASI PEMBERDAYAAN</b></h3><b>Contoh laporan kegiatan evaluasi pemberdayaan komunitas<br /></b>Hasil kegiatan evaluasi pemberdayaan yang telah dilaksanakan ditulis dalam bentuk laporan yang tersusun secara sistematis. Contoh sistematika penulisan laporan kegiatan evaluasi pemberdayaan pemberdayaan komunitas sebagai berikut:</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Y_26E7Hn5ac/YKjdmYLt7-I/AAAAAAAAAIQ/lNVaSGbZgxoGt8XcNLbtjrh3ifXXbQA0ACLcBGAsYHQ/s676/sistematika-laporan-penelitian.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-Y_26E7Hn5ac/YKjdmYLt7-I/AAAAAAAAAIQ/lNVaSGbZgxoGt8XcNLbtjrh3ifXXbQA0ACLcBGAsYHQ/s16000/sistematika-laporan-penelitian.png" /></a></div><br /><div style="text-align: left;"><b>Teknik penulisan laporan evaluasi<br /></b>Menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Menulis mampu mendorong kamu untuk menggali informasi dan mengembangkan pola piker kritis. Dalam menulis laporan penelitian, hendaknya diperhatikan teknik penulisan yang telah ditentukan. Beberapa teknik penulisan yang perlu diperhatikan:</div><div style="text-align: left;"><br />1. <b>Bahasa<br /></b>Menggunakan Bahasa yang efektif, sesuai dengan EYD dan kamus besar Bahasa Indonesia. Sehingga hasil pengamatan/ laporan kegiatan evaluasi mudah dipahami.</div><div style="text-align: left;"><br />2. <b>Notasi Ilmiah<br /></b>Pernyataan ilmiah harus mencakup tiga unsur: <br />a. Mampu diidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut <br />b. Mampu diidentifikasikan media komunikasi ilmiah seperti; buku, jurnal maupun lokakarya. <br />c. Mampu diidentifikasikan Lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta domisili dan waktu penerbitan dilakukan.</div><div style="text-align: left;">Ada dua macam Teknik notasi ilmiah: dicantumkan atau ditulis langsungpada badan halaman setelah kutipan, dan ditulis pada kaki halaman (footnote/ catatan kaki).</div><div style="text-align: left;"><br />3. <b>Penulisan Daftar Pustaka <br /></b>Semua kutipan yang ditulis dalam laporan evaluasi harus dituliskan sumber pustakanya baik kutipan langsung maupun kutian tidak langsung. Penullisan sumber referensi tertulis dalam daftar pustaka yang disusun berdasarkan abjad huruf awal nama familinya bagi penulis internasional, sedangkan nama penulis Indonesia tidak perlu dibalik namanya, karena nama belakang sering bukan nama family. Setelah penulisan nama diikuti tahun penerbitan buku, judul buku, kota penerbit, dan nama penerbit judul buku.</div><div style="text-align: left;"><br />Contoh: <br />Nurcholis Madjid. 2019. Pluralitas Agama.Jakarta: Kompas <br /> Sztomka, Piort. 2014. Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Predana</div><div style="text-align: left;"><br />4. <b>Tata Letak penulisan<br /></b>Penulisan laporan penelitian /kegiatan evaluasi mampu disesuaikan dengan aturan yang disepakati. Tata letak penulisan laporan yang sering digunakan sebagai acuan pengetikan laporan:<br />a. Kertas ukuran A.4 dengan berat 70 gr.<br />b. Margin (jarak tepi) Standar: 3-3-3-3 atau 4-3-4-3 dengan jarak penulisan/ spasi 1,5. <br />c. Penulisan tabel dan gambar harus ada nama, nomor dan sumber.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Manfaat evaluasi pemberdayaan komunitas<br /></b>Manfaat Evaluasi pemberdayan mampu dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: <br />1. Manfaat evaluasi bagi kegiatan pemberdayaan itu sendiri sebagai berikut:<br />a. Mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah dilaksanakan <br />b. Mengetahuin kesesuaian pelaksanaan kegiatan pemberdayaan <br />c. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada berkaitan dengan tujuan <br />d. Mengukur efektifitas dan efisiensi sistem kerja dan metode pemberdayaan yang telah dilaksanakan <br />e. Meningkatkan partisipasi masyarakat pada masa mendatang</div><div style="text-align: left;"><br />2. Manfaat evaluasi bagi aparat/ fasilitator pembeardayaan sebagai berikut: <br />a. Memberikan kepuasan psikologis yang mampu mendorong aktifitas pemberdayaan pada masa mendatang. <br />b. Mengembangkan karir. <br />c. Mendorong sikap tekun dan tanggung jawab.</div><div style="text-align: left;"><br />3. Manfaat bagi pelaksana evaluasi sebagai berikut: <br />a. Mengembangkan kebiasaan mengeluarkan penmampu berdasarkan fakta.<br />b. Menanamkan kebiasaan bekerja sistematis, sesuai prosedur, dan pedoman yang telah ditetapkan. <br />c. Memperoleh peningkatan pengetahuan dan ketrampilan untuk menggunakan dan mengembangkan teknik pengukuran, pengumpulan data dan analisis yang tepat dan tajam.</div><div style="text-align: left;"><br />Dengan melakukan kegiatan evaluasi kamu mampu menunjukkan peran dalam komunitas di sekitar kamu. Contoh, kamu mampu berpartisipasi dalam kegiatan evaluasi pemberdayaan Karang Taruna dan organisasi di sekolah. Selanjutnya, kamu menyusun laporan kegiatan evaluasi sesuai hasil telaah dan menyampaikannya sebagai bahan masukan bagi karang taruna/organisasi di sekolahmu.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>RANGKUMAN <br /></b>Pelaksanaan evaluasi mampu dilakukan dalam tipe-tipe; sebelum program dilaksanakan, saat program berjalan dan setelah program selesai dilaksanakan Langkah-langkah pemantauan dan evaluasi pemberdayaan komunitas: persiapan, pelaksanaan, analisis, dan pelaporan kegiatan.</div><div style="text-align: left;"><br />Teknik pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pemberdayaan komunitas mampu di lakukan melalui: <br />a. Diskusi kelompok Terarah (DKT) / Focus Grop Discussion (FGD).<br />b. dengan melakukan dialog khusus membahas tema tertentu.<br />c. Survey: melakukan pendataan menggunakan angket/ kuesioner yang telah disusun.<br />d. Observasi: melakukan pengamatan dan wawancara melalui kegiatan tanya jawab langsung kepada informan.</div><div style="text-align: left;"><br />Sistematika penulisan laporan kegiatan evaluasi pemberdayaan secara umum terdiri atas empat bagian: <br />a. Bagian pendahuluan: berisi latar belakang, maksud dan tujuan, serta manfaat.<br />b. Bagian pelaksanaan: terdiri atas waktu dan tempat pelaksanaan evaluasi serta teknik evaluasi yang digunakan.<br />c. Bagian hasil dan dampak pelaksanaan kegiatan: berisi hasil deskripsi kegiatan, perkembangan pelaksanaan program, dan dampak kegiatan.<br />d. Bagian akhir termampu kesimpulan dan saran.</div><div style="text-align: left;"><br />Dalam menulis laporan evaluasi termampu beberapa teknik yang perlu diperhatikan, diantaranya bahasa, notasi ilmiah, penulisan daftar pustaka, dan tata letak penulisan. Penulisan laporan evaluasi pemberdayaan mampu dirasakan oleh berbagai pihak, yaitu bagi kegiatan pemberdayaan bersangkutan, aparat/ fasilitator pemberdayaan, dan pelaksanaan evaluasi. Evaluasi pemberdayaan mampu di lakukan untuk menanggulangi ketimpangan sosial dalam masyarakat. Hasil evaluasi mampu dijadikan acuan dalam mengambil langkah-langkah perbaikan mengatasi ketimpangan sosial dalam masyarakat.</div>
<p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Referensi: Dr. Hj. Widiningsih, M.Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1LB04wLgu677X5ylGHOGWScXY47BogYvB" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-79884459329892572572022-02-18T07:00:00.086+07:002022-02-18T07:00:00.244+07:00Evaluasi Pemberdayaan Komunitas<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5u867g0SPbM/YKjf9bVk2XI/AAAAAAAAAIY/RV1faAdlX8IPKiZAeX0KIUF9etASY27pgCLcBGAsYHQ/s2048/evaluasi-pemberdayaan-komunitas.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-5u867g0SPbM/YKjf9bVk2XI/AAAAAAAAAIY/RV1faAdlX8IPKiZAeX0KIUF9etASY27pgCLcBGAsYHQ/s16000/evaluasi-pemberdayaan-komunitas.png" /></a></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Globalisasi yang tengah terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk komunitas lokal telah memberi dampak dalam kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Pengaruh negatif yang nyata dalam kehidupan masyarakat ini mampu meningkatkan masalah sosial yang berkaitan dengan ketimpangan sosial dan semakin lunturnya kearifan lokal yang dimiliki komunitas lokal dalam masyarakat. Untuk mengantisipasi pengaruh negatif tersebut maka salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan masyarakat atau dikenal dengan istilah pemberdayaan komunitas. <br /> <br />Pemberdayaan komunitas mampu disebut sebagai suatu upaya untuk menciptakan/ meningkatkan kapasitas atau kemampuan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Prinsip pemberdayaan komunitas pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang dulunya berada pada kondisi sosial ekonomi yang rendah sehingga menyebabkan mereka tidak tahu dan tidak mampu, menjadi masyarakat yang berdaya dan mandiri. <br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>KONSEP-KONSEP PEMANTAUAN DAN EVALUASI AKSI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS </b></h3><h4 style="text-align: left;"><b>Pengertian Evaluasi Pemberdayaan Komunitas </b></h4>Kata “evaluasi” dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan istilah dari “penilaian”, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu objek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati (Hornby dan Parnwell, 1972).</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Pokok-pokok pengertian tentang evaluasi: <br />1) Evaluasi adalah kegiatan pengamatan dan analisis terhadap suatu keadaan, peristiwa, gejala alam, atau sesuatu objek.<br />2) Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah kita ketahui dan atau miliki.<br />3) Melakukan penilaian, atas segala sesuatu yang diamati, berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang dilakukan.<br /> <br />Kegiatan evaluasi selalu mencakup kegiatan berikut: <br />1) Observasi (pengamatan).<br />2) Membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman yang ada atau telah ditetapkan lebih dahulu.<br />3) Pengambilan keputusan atau penilaian atas objek yang diamati. <br /> <br />Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan sistematis yang meliputi hal-hal berikut: <br />1) Pengamatan untuk pengumpulan data atau fakta.<br />2) Penggunaan “pedoman” yang telah ditetapkan.<br />3) Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedomanpedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.<br />4) Penilaian dan pengambilan keputusan.<br /> <br />Evaluasi harus “objektif”, dalam arti harus dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan berdasarkan praduga atau intuisi seseorang. Evaluasi juga harus menggunakan pedoman- pedoman tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. <br /> <br /><h4 style="text-align: left;"><b>Ragam Evaluasi dan Aksi Pemberdayaan Komunitas</b></h4>1) <b>Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif<br /></b>Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan terhadap program atau kegiatan yang telah dirumuskan, sebelum program atau kegiatan itu sendiri dilaksanakan. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan.</div><div style="text-align: left;"><br />2) <b>On-Going Evaluation dan Ex-Post Evaluation<br /></b>On-going evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan itu masih/ sedang dilaksanakan, yang dimaksudkan untuk mengetahui ada/ tidaknya penyimpangan pelaksanaan kegiatan dibanding program atau rencana yang telah diteta pkan. Sedangkan ex-post evaluation sebenarnya sama dengan evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan yang direncanakan telah selesai dikerjakan.</div><div style="text-align: left;"><br />3) <b>Evaluasi Intern dan Evaluasi Ekstern<br /></b>Ditinjau dari pelaksana kegiatan evaluasi, kegiatan evaluasi dibedakan antara evaluasi intern dan evaluasi ekstern. Pada evaluasi intern, pengambilan inisiatif diadakannya evaluasi maupun pelaksanaan kegiatan evaluasi “adalah orang-orang atau aparat yang terlibat langsung dengan program yang bersangkutan”. Sementara itu, evaluasi ekstern adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh pihak luar (di luar organisasi pemilik/ pelaksana program) meskipun inisiatif dilakukanya evaluasi mampu muncul dari kalangan orang luar, atau justru diminta oleh organisasi pemilik/pelaksana program yang bersangkutan.</div><div style="text-align: left;"><br />4) <b>Evaluasi Teknis dan Evaluasi Ekonomi<br /></b>Dilihat dari aspek kegiatan yang dievaluasi, dikenal adanya evaluasi teknis (fisik). Evaluasi teknis (fisik) adalah kegiatan evaluasi yang penerima manfaat dan ukurannya menggunakan ukuran-ukuran teknis (fisik). Sementara itu, evaluasi ekonomi atau keuangan, penerima manfaatnya adalah pengelolaan keuangan dan penerima ini menggunakan ukuran-ukuran ekonomi.</div><div style="text-align: left;"><br />5) <b>Evaluasi Program, Pemantauan Program, dan Evaluasi Dampak Program <br /></b>a. Evaluasi Program, dalam evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft/ usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. <br />b. Pemantauan Program, diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data dan fakta) dan pengambilan keputusan-keputusan yang terjadi selama proses pelaksanaan program. <br />c. Evaluasi Dampak Program, sebagian besar kegiatan evaluasi umumnya diarahkan untuk mengevaluasi tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan program yang telah direncanakan.</div><div style="text-align: left;"><br />6) <b>Evaluasi Proses dan Evaluasi Hasil <br /></b>a. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilaksanakan itu sesuai (dalam arti kuantitatif ataupun kualitatif) dengan proses kegiatan yang seharusnya dilaksanakan sesuai yang dirumuskan dalam programnya. <br />b. Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah mampu dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif <br />c. Tujuan Evaluasi dan Aksi Pemberdayaan Komunitas Pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatankegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari pedoman yang telah ditetapkan. <br /> <br /><h4 style="text-align: left;"><b>Kegunaan Evaluasi Pemberdayaan Komunitas </b></h4><b>1) Kegunaan operasional<br /></b>a. Dengan evaluasi kita mampu mengetahui cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dan sekaligus mampu mengidentifikasi faktor-faktor kritis (critical factors) sangat menentukan keberhasilan kegiatan (pemberdayaan) yang dilakukan. <br />b. Melalui evaluasi, mampu kita lakukan perubahan-perubahan, modifikasi dan supervise terhadap kegiatan yang dilaksanakan. <br />c. Melalui evaluasi akan mampu dikembangkan tujuan-tujuan serta analisis informasi yang bermanfaat bagi pelaporan kegiatan.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>2) Kegunaan analitis bagi pengembangan program<br /></b>a. Untuk mengembangkan dan mempertajam tujuan program dan perumusannya.<br />b. Untuk menguji asumsi-asumsi yang digunakan, dan untuk lebih menegaskannya lagi secara eksplisit.<br />c. Untuk membantu dalam mengkaji ulang proses kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang dikehendaki.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>3) Kegunaan kebijakan<br /></b>a. Berdasarkan hasil evaluasi mampu dirumuskan kembali, strategi pembangunan, pendekatan yang digunakan, serta asumsi-asumsi dan hipotesis-hipotesis yang akan diuji.<br />b. Untuk menggali dan meningkatkan kemampuan pengetahuan tentang hubungan antarkegiatan.pembangunan, yang sangat bermanfaat bagi peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan di masa-masa mendatang.<br /> <br /><h4 style="text-align: left;"><b>Landasan Evaluasi Pemberdayaan Komunitas </b></h4>a. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sesuatu.<br />b. Menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran.<br />c. Objektif.</div><div style="text-align: left;"><br />
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-8330116073357612"
data-ad-slot="7661852389"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h3 style="text-align: left;"><b>PRINSIP-PRINSIP EVALUASI AKSI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS</b></h3>Kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan program artinya tujuan evaluasi harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan dalam perencanaan programnya. <br />Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan berikut:<br />a. Objektif.<br />b. Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan (stkamurized).<br />c. Menggunakan metode pengumpulan data yang tepat dan teliti.<br />d. Menggunakan alat ukur yang tepat (valid, sahih) dan mampu dipercaya (teliti, reliable).<br />Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk data kuantitatif dan uraian kualitatif Evaluasi harus efektif dan efisien.</div><div style="text-align: left;"><br /><h3 style="text-align: left;"><b>KUALIFIKASI EVALUASI AKSI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS</b></h3>Untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik, setiap evaluasi harus dilaksanakan agar memenuhi persyaratan berikut ini:<br />a. Memiliki tujuan jelas dan spesifik.<br />b. Menggunakan instrumen yang tepat dan teliti.<br />c. Memberikan gambaran jelas tentang perubahan perilaku penerima manfaat.<br />d. Evaluasi harus praktis.<br />e. Objektif.<br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>PENDEKATAN DALAM PELAKSANAAN EVALUASI AKSI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS</b></h3>Pemberdayaan komunitas memiliki pendekatan- pendekatan antara lain: <br />a. Pendekatan Kebutuhan, artinya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat penerima manfaat.<br />b. Pendekatan Informan Kunci (Key Informan), pengumpulan data dibatasi pada informan kunci yang biasanya terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat setempat yang menguasai tentang kebutuhan dan hal-hal yang dirasakan oleh masyarakat penerima manfaat.<br />c. Pendekatan Forum Masyarakat.<br />d. Pendekatan Indikator, dengan membatasi pada sejumlah indikator-indikator yang strategis.<br />e. Survei dan Sensus.<br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>PENDEKATAN SISTEM DALAM EVALUASI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS</b></h3>Mengacu pada pengertian tentang pemberdayaan dan analisis tentang pendidikan sebagai suatu sistem, kegiatan pemberdayaan mampu dirangkum sebagai suatu sistem pendidikan, yang terdiri atas: <br />a. Raw input atau bahan baku yang berupa penerima manfaat didik atau masyarakat yang menjadi penerima manfaat pemberdayaan.<br />b. Instrumen input, atau perlengkapan yang berupa: fasilitator, materi pemberdayaan, metode pemberdayaan, dan keadaan kegiatan pemberdayaan.<br />c. Environment input, atau lingkungan (sosial, ekonomi, budaya) asal masyarakat yang menjadi penerima manfaat pemberdayaan.<br />d. Proses pemberdayaan itu sendiri.<br />e. Output atau hasil pemberdayaan yang berupa hasil langsung (perubahan perilaku) dan hasil akhir (peningkatan produktivitas, penmampuan, dan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat).</div><div style="text-align: left;"><br />Oleh karenanya diperlukan adanya evaluasi yang diarahkan untuk mengevaluasi keseluruhan unsur (sub sistem) dari sistem pemberdayaan itu. seperti: <br />a. Evaluasi kebijaksanaan (tujuan) program.<br />b. Evaluasi proses (belajar- mengajar) yang diprogramkan.<br />c. Evaluasi logistik yang diperlukan.<br />d. Evaluasi sistem pengawasan.<br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>PENDEKATAN DALAM PELAKSANAAN PEMANTAUAN AKSI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS </b></h3>a. Pendekatan Kebutuhan, artinya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat penerima manfaat.<br />b. Pendekatan Informan Kunci (Key Informan), pengumpulan data dibatasi pada informan kunci yang biasanya terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat setempat yang menguasai tentang kebutuhan dan hal-hal yang dirasakan oleh masyarakat penerima manfaat. <br />c. Pendekatan Forum Masyarakat. <br />d. Pendekatan Indikator, dengan membatasi pada sejumlah indikator- indikator yang strategis <br />e. Survei dan Sensus.</div><div style="text-align: left;"><br /><h3 style="text-align: left;"><b>PENDEKATAN DALAM EVALUASI DAMPAK PROGRAM AKSI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS </b></h3>Pelaksanaan evaluasi terhadap dampak program bertujuan untuk menilai seberapa jauh tingkat efektivitas program dan dampaknya terhadap masyarakat penerima manfaat, baik yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program maupun tidak.</div><div style="text-align: left;"><br />Ada beberapa pendekatan dalam evaluasi dampak program aksi pemberdayaan komunitas, yaitu: <br />a. Pelaksanaan evaluasi terhadap dampak program bertujuan untuk menilai seberapa jauh tingkat efektivitas program dan dampaknya terhadap “masyarakat penerima manfaat, baik yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program maupun tidak.<br />b. Pendekatan Eksperimental, dengan merancang kegiatan evaluasi sebagai suatu riset eksperimental <br />c. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Orientation Approach), dilakukan dalam evaluasi keberhasilan atau ketercapaian tujuan kegiatan, yang memfokuskan kepada indikator-indikator ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. <br />d. Pendekatan yang Berfokus pada Keputusan (The Decision Focused Approach), ditujukan untuk pengelola program, bagi pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan keberlanjutan program (perbaikan, pengembangan penghentian, dan lain-lain).<br />e. Pendekatan yang Berorientasi pada Pemakai (The User Focused Approach), mengutamakan pada penilaian tentang seberapa jauh tingkat korbanan dan atau kem “manfaatan program bagi penerima manfaat, baik dilihat yang terkait dengan proses, hasil, maupun dampak kegiatannya.<br />f. Pendekatan yang Responsive (The Responsive Approach), sangat unik, karena evaluator harus mendengar informasi dari semua pemangku kepentingan untuk kemudian melakukan analisis dan sintesis melalui beragam sudut pkamung yang dilatarbelakangi beragam kepentingan.<br />g. Pendekatan yang Bebas Tujuan (Goal Free Approach), pendekatan ini memberikan kebebasan untuk merumuskan tujuan dan metode evaluasinya. <br /> <br /><b>MODEL-MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS<br /></b>Model adalah abstraksi suatu entitas di mana abstraksi adalah penyederhanaan bentuk asli, dan entitas adalah suatu kenyataan atau keadaan keseluruhan suatu benda, proses, ataupun kejadian (Yaya dan N Kamung, 2009). <br />Dalam hubungan ini termampu beragam model, yaitu: <br />a. Model fisik yaitu menggambarkan entitas dalam bentuk tiga dimensi.<br />b. Model naratif yaitu menggambarkan entitas dalam bentuk lisan dan atau tulisan.<br />c. Model grafik menggambarkan entitas dalam bentuk garis dan symbol.<br />d. Model matematik yaitu menggambarkan entitas dengan menggunakan rumus-rumus persamaan tentang keterkaitan variable.<br />e. Model deskriptif, model ini menggambarkan situasi sebuah sistem tanpa rekomendasi dan peramalan. <br />f. Model prediktif, model ini menunjukkan apa yang akan terjadi, bila sesuatu terjadi.<br />g. Model normatif, model ini menyediakan jawaban terbaik terhadap satu persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu diambil.<br />h. Model ikonik, adalah model yang menirukan sistem aslinya, tetapi dalam suatu skala tertentu.<br />i. Model analog, adalah suatu model yang menirukan sistem aslinya dengan hanya mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkanya dengan benda atau sistem lain secara analog.<br />j. Model simbolis, adalah suatu model yang menggambarkan sistem yang ditinjau dengan simbol-simbol biasanya dengan simbol-simbol matematis dll.</div><div style="text-align: left;"><br /><h3 style="text-align: left;"><b>RANGKUMAN</b></h3>Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan sistematis, serta harus “objektif” dalam arti dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan berdasarkan praduga atau intuisi seseorang. Prinsip-prinsip Evaluasi Aksi Pemberdayaan Komunitas yaitu; harus selaras dengan tujuan yang hendak dicapai, objektif, menggunakan alat ukur yang tepat, berbentuk data (kuantitatif dan kualitatif) serta harus efektif dan efisien.</div><div style="text-align: left;"><br />Hasil evaluasi yang baik adalah; memiliki tujuan yang jelas, menggunakan instrument yang tepat, mampu memberi gambaran yang jelas, praktis dan objektif.</div><div style="text-align: left;"><br />Pendekatan dalam pelaksanaan pemberdayaan adalah pendekatan kebutuhan, pendekatan informan kunci, pendekatan forum masyarakat, pendekatan indikator dan pendekatan survei/sensus.</div><div style="text-align: left;"><br />Pendekatan Sistem dalam Evaluasi Pemberdayaan Komunitas terdiri atas: Raw input, Instrumen input, Environment input, Proses pemberdayaan itu sendiri serta Output. <br /> <br />Pendekatan dalam Pelaksanaan Pemantauan Aksi Pemberdayaan Komunitas, yaitu: Penggunaan catatan-catatan atau rekaman data, Survei terhadap peserta program dan Survei terhadap seluruh warga masyarakat.</div><div style="text-align: left;"><br />Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Program Aksi Pemberdayaan Komunitas antara lain : Pendekatan “Eksperimental, Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Orientation Approach), Pendekatan yang Berfokus pada Keputusan (The Decision Focused Approach), Pendekatan yang Berorientasi pada Pemakai (The User Focused Approach), Pendekatan yang Responsive (The Responsive Approach), dan terakhir Pendekatan yang Bebas Tujuan (Goal Free Approach) <br /> <br />Model-Model Evaluasi Pemberdayaan Komunitas, yaitu: Model fisik, Model naratif, Model grafik, Model matematik, Model deskriptif, Model prediktif, Model normatif, Model ikonik, Model analog, dan Model simbolis.</div>
<p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Referensi: Dr. Hj. Widiningsih, M.Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1QrZ7Z5oaXNvxHiNe0hZBhKbqkfsmSFzh" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-80059048886839007652022-02-09T07:00:00.063+07:002022-02-09T07:00:00.232+07:00Konflik Sosial - Resolusi dan Upaya Penyelesaiannya<div style="text-align: left;">Tahukah kalian, apa yang dimaksud dengan resolusi konflik? Bagaimana perannya untuk mengantisipasi konflik? Ayo, baca ulasan materinya supaya kalian paham ya. <br /> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-wIEWWJcj1wM/YKfV5fKxxWI/AAAAAAAAAGA/HISJVzMcvawJUXfCPrgkv_LkOP2mqGBVgCLcBGAsYHQ/s2048/resolusi-konflik.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-wIEWWJcj1wM/YKfV5fKxxWI/AAAAAAAAAGA/HISJVzMcvawJUXfCPrgkv_LkOP2mqGBVgCLcBGAsYHQ/s16000/resolusi-konflik.png" /></a></div><p></p><div style="text-align: left;"><h3 style="text-align: left;"><b>RESOLUSI KONFLIK</b></h3>Resolusi konflik atau dalam bahasa inggris disebut conflict resolution memiliki pengertian yang berbeda-beda. Sedangkan Weitzman dalam Morton and Coleman, mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan masalah bersama (solve a problem together). Resolusi konflik juga dapat diartikan sebagai usaha untuk menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang berseteru.</div><div style="text-align: left;"><br />Resolusi konflik adalah suatu cara individu atau kelompok untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain atau kelompok lain secara sukarela. Resolusi konflik juga menyarankan penggunaan cara-cara yang lebih demokratis dan kontruktif untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan kepada pihakpihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka oleh diri mereka sendiri atau dengan melibatkan pihak ketiga yang bijak, netral, dan adil untuk membantu pihakpihak yang berkonflik guna menyelesaikan masalahnya.</div><div style="text-align: left;"><br />Nah…selain resolusi konflik tersebut, ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik di masyarakat. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik sosial di masyarakat? Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi konflik sosial di masyarakat? Ayo, baca ulasan materinya supaya kalian paham ya.</div><div style="text-align: left;"><br />Berikut beberapa pengertian resolusi konflik yang dikemukakan oleh para ahli.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Levine<br /></b>Menurut Levine, resolusi konflik adalah Tindakan mengurai suatu permasalahan, pemecahan; atau penghapusan permasalahan.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Weitzeman & Weitzeman<br /></b>Resolusi konflik sebagai sebuah Tindakan pemecahan masalah Bersama (solve a problem together).</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Fisher<br /></b>Resolusi konflik adalah usaha menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang berseteru.</div><div style="text-align: left;"><br /><b>Mindes<br /></b>Resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan dengan yang lainnya, serta aspek penting dalam pembangunan sosial dan moral yang memerlukan keterampilan dan penilaian untuk bernegosiasi, kompromi, serta mengembangkan rasa keadilan. <br />Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa resolusi konflik suatu cara individu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain. Upaya ini dilakukan untuk menciptakan perdamaian di antara pihak yang berkonflik.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Ada berbagai macam kemampuan yang sangat penting dalam menumbuhkan inisiatif resolusi konflik di antaranya sebagai berikut:</div><div style="text-align: left;"><br />1. <b>Kemampuan Orientasi<br /></b>Kemampuan orientasi dalam resolusi konflik dapat meliputi pemahaman individu tentang konflik dan sikap yang menunjukkan anti kekerasan, kejujuran, keadilan, toleransi, dan harga diri.</div><div style="text-align: left;"><br />2. <b>Kemampuan Persepsi<br /></b>Kemampuan persepsi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk dapat memahami bahwa setiap individu berbeda, mampu melihat situasi seperti orang lain melihatnya (rasa empati), dan tidak menilai orang lain secara sepihak.</div><div style="text-align: left;"><br />3. <b>Kemampuan Emosi</b>. Kemampuan emosi dalam resolusi konflik mencakup kemampuan untuk mengolah berbagai macam emosi, termasu di dalamnya rasa marah, takut, frustasi, dan emosi negatife lainnya.</div><div style="text-align: left;"><br />4. <b>Kemampuan Komunikasi<br /></b>Kemampuan komunikasi dalam resolusi konflik meliputi kemampuan mendengar orang lain, memahami lawan bicara, berbicara dngan bahasa yang mudah dipahami, serta meresume atau Menyusun ulang pernyataan yang bermuatan emosional ke dalam pernyataan yang netral atau kurang emosional.</div><div style="text-align: left;"><br />5. <b>Kemampuan Berpikir Kritis<br /></b>Kemampuan berpikir kritis dalam resolusi konflik, yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan menganalisis situasi konflik yang sedang dialami.</div><div style="text-align: left;"><br />6. <b>Kemampuan Berpikir Kreatif<br /></b>Kemampuan berpikir kreatif dalam resolusi konflik meliputi kemampuan memahami masalah untuk memecahkan masalah dengan berbagai macam alternatif jalan keluar.</div><div style="text-align: left;"><br />
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-8330116073357612"
data-ad-slot="7661852389"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h3 style="text-align: left;"><b>UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL</b></h3>Konflik dapat muncul akibat cara pandang diantara pihak-pihak yang berkonflik., sehingga dengan adanya resolusi konflik diharapkan dapat mengurangi atau menghindari terjadinya konflik. Kondisi seperti ini dapat menciptakan perdamaian di antara anggota masyarakat. Berbagai upaya dalam menyelesaikan konflik yaitu:</div><div style="text-align: left;"><br />1. <b>Mediasi<br /></b>Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), mediasi adalah upaya penyelesaian konflik oleh pihak ketiga, tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Pihak ketiga sifatnya tidak memihak salah satu pihak yang berkonflik, tetapi mencoba mempertemukan dan mendamaikan kedua belah pihak yang berkonflik.</div><div style="text-align: left;"><br />Tugas utama pihak ketiga adalah menyelesaikan konflik secara damai. Pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan terhadap penyelesaian konflik. Sekalipun nasihat-nasihat piha ketiga tersebut tidak mengikat pihak-pihak yang terlibat konflik, tetapi mediasi terkadang menghasilkan penyelesaian yang cukup efektif. Hal ini karena mediasi dapat mengurangi Tindakan irasional yang mungkin timbul dalam sebuah konflik. Sebagai contohnya, AMM (Aceh Monitoring Mission) yang mendamaikan antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan Indonesia.</div><div style="text-align: left;"><br />2. <b>Konsiliasi<br /></b>Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konsiliasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan konflik dengan menggunakan lembaga-lembaga tertentu agar pihak yang berkonflik dapat berdiskusi mengenai persoalan yang dipertentangkan. Sebagai contohnya, di suatu perusahaan ada pertikaian antara buruh dan pengusaha. Kemudian, Departemen Tenaga Kerja mempertemukan pihak buruh dan pengusaha untuk duduk bersama menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, sehingga tercapai suatu kesepakatan damai.</div><div style="text-align: left;"><br />3. <b>Negosiasi<br /></b>Pernahkah kalian pergi ke pasar dan membeli sesuatu? Pasti kalian akan melakukan tawar menawar dengan pedagang. Setelah melalui penawaran yang panjang, akhirnya dicapai kata sepakat. Kegiatan tersebut dinamakan negosiasi. Dalam penyelesaian konflik sosial di masyarakat, juga dapat dilakukan melalui proses negosiasi. Negosiasi merupakan merupakan suatu interaksi sosial antara pihak-pihak yang terlibat untuk saling menyelesaikan perbedaan agar mencapai kata sepakat. Dalam proses ini, kedua pihak yang berkonflik melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar-menawar mengenai syarat-syarat untuk mengakhiri konflik.</div><div style="text-align: left;"><br />4. <b>Arbitrasi<br /></b>Arbitrasi merupakan suatu upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui pihak ketiga dengan memberikan keputusan yang harus ditaati dan diterima oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak atau badan berwenang. Apabila tidak dapat menentukan pihak ketiga, maka pemerintah akan menunjuk pengadilan sebagai pihak ketiga.</div><div style="text-align: left;"><br />5. <b>Stalemate<br /></b>Apabila kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang, kemudian berhenti pada suatu titik dan tidak saling menyerang, maka upaya ini disebut stalemate. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contohnya, adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang Dingin (1947–1991) atau ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan di bidang nuklir.</div><div style="text-align: left;"><br />6. <b>Konversi<br /></b>Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konversi (conversion) merupakan upaya penyelesaian konflik yang dilakukan dengan salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian dari pihak lain. Sebagai contohnya, dalam rapat OSIS terjadi perdebatan antara ketua dengan wakil ketua OSIS. Ketua OSIS mengalah dan menerima pendapat wakil ketua OSIS karena pendapat wakil ketua OSIS dianggap lebih dapat membantu untuk kemajuan organisasi tersebut.</div><div style="text-align: left;"><br />7. <b>Ajudikasi<br /></b>Ajudikasi merupakan upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui lembaga pengadilan. Penyelesaian konflik menurut ajudikasi dilakukan melalui jalur huku. Misalnya, sengketa tanah antara warga masyarakat dengan pengusaha yang diselesaikan melalui pengadilan.</div><div style="text-align: left;"> <span style="white-space: pre;"> </span> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>RANGKUMAN </b></h3>Resolusi konflik atau dalam bahasa inggris disebut conflict resolution memiliki pengertian yang berbeda-beda. Resolusi konflik adalah suatu cara individu atau kelompok untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain atau kelompok lain secara sukarela.</div><div style="text-align: left;"><br />Pengertian resolusi konflik yang dikemukakan oleh para ahli antara lain: <br />1. Levine, resolusi konflik adalah Tindakan mengurai suatu permasalahan; pemecahan; atau penghapusan permasalahan. <br />2. Weitzeman & Weitzeman, Resolusi konflik sebagai sebuah Tindakan pemecahan masalah Bersama (solve a problem together). <br />3. Fisher, Resolusi konflik adalah usaha menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang berseteru. <br />4. Mindes, resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan dengan yang lainnya, serta aspek penting dalam pembangunan sosial dan moral yang memerlukan keterampilan dan penilaian untuk bernegosiasi, kompromi, serta mengembangkan rasa keadilan.</div><div style="text-align: left;"><br />Ada berbagai macam kemampuan yang sangat penting dalam menumbuhkan inisiatif resolusi konflik di antaranya sebagai berikut: <br />1. Kemampuan Orientasi. Kemampuan orientasi dalam resolusi konflik dapat meliputi pemahaman individu tentang konflik dan sikap yang menunjukkan anti kekerasan, kejujuran, keadilan, toleransi, dan harga diri. <br />2. Kemampuan Persepsi. Kemampuan persepsi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk dapat memahami bahwa setiap individu berbeda, mampu melihat situasi seperti orang lain melihatnya (rasa empati), dan tidak menilai orang lain secara sepihak. <br />3. Kemampuan Emosi. Kemampuan emosi dalam resolusi konflik mencakup kemampuan untuk mengolah berbagai macam emosi, termasu di dalamnya rasa marah, takut, frustasi, dan emosi negatif lainnya. <br />4. Kemampuan Komunikasi. Kemampuan komunikasi dalam resolusi konflik meliputi kemampuan mendengar orang lain, memahami lawan bicara, berbicara dngan bahasa yang mudah dipahami, serta meresume atau Menyusun ulang pernyataan yang bermuatan emosional ke dalam pernyataan yang netral atau kurang emosional. <br />5. Kemampuan Berpikir Kritis, adalah kemampuan berpikir kritis dalam resolusi konflik, yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan menganalisis situasi konflik yang sedang dialami. <br />6. Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan berpikir kreatif dalam resolusi konflik meliputi kemampuan memahami masalah untuk memecahkan masalah dengan berbagai macam alternatif jalan keluar.</div><div style="text-align: left;"><br />Berbagai upaya dalam menyelesaikan konflik adalah sebagai berikut: <br />1. Mediasi. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), mediasi (mediation) merupakan suatu upaya penyelesaian konflik oleh pihak ketiga, tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Pihak ketiga sifatnya tidak memihak salah satu pihak yang berkonflik, tetapi mencoba mempertemukan dan mendamaikan kedua belah pihak yang berkonflik.<br />2. Konsiliasi. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konsiliasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan konflik dengan menggunakan lembaga-lembaga tertentu agar pihak yang berkonflik dapat berdiskusi mengenai persoalan yang dipertentangkan.<br />3. Negosiasi. Pernahkah kalian pergi ke pasar dan membeli sesuatu? Pasti kalian akan melakukan tawar menawar dengan pedagang. Setelah melalui penawaran yang panjang, akhirnya dicapai kata sepakat. Kegiatan tersebut dinamakan negosiasi. <br />4. Arbitrasi. Arbitrasi merupakan suatu upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui pihak ketiga dengan memberikan keputusan yang harus ditaati dan diterima oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak atau badan berwenang. Apabila tidak dapat menentukan pihak ketiga, maka pemerintah akan menunjuk pengadilan sebagai pihak ketiga. <br />5. Stalemate. Apabila kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang, kemudian berhenti pada suatu titik dan tidak saling menyerang, maka upaya ini disebut stalemate. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. <br />6. Konversi. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konversi (conversion) merupakan upaya penyelesaian konflik yang dilakukan dengan salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian dari pihak lain. <br />7. Ajudikasi. Ajudikasi merupakan upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui lembaga pengadilan. Penyelesaian konflik menurut ajudikasi dilakukan melalui jalur hukum. Misalnya, sengketa tanah antara warga masyarakat dengan pengusaha yang diselesaikan melalui pengadilan.</div>
<p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Referensi: Irin Veronica Sepang, S. Pd., M. Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1i5jL0h9W5QzW6oF3I8AewmDWvkCATSB4" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com49tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-78319580871154088312022-02-08T07:00:00.015+07:002022-02-21T06:00:58.578+07:00Capaian Pembelajaran Sosiologi – Program Sekolah Penggerak<div style="text-align: left;"><div style="text-align: left;"><span style="font-size: medium;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgLEsFdrhRioM29gOYflaa57LeBglWxziKrYE8ZqwDrBzSKWG2r8ZbhcozTDqgORXogE-vhZvBxHaZBjjT2VcbhVD2ajSYEm5uKdDxki8u17oiaQ3haXvLL9LG10I6eKiYeY1lsr8rxywgRAkkcFpZH6oW-ionT6vil3SkoDBcoYd3T_mykPdiHwzLU=s6667" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3750" data-original-width="6667" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgLEsFdrhRioM29gOYflaa57LeBglWxziKrYE8ZqwDrBzSKWG2r8ZbhcozTDqgORXogE-vhZvBxHaZBjjT2VcbhVD2ajSYEm5uKdDxki8u17oiaQ3haXvLL9LG10I6eKiYeY1lsr8rxywgRAkkcFpZH6oW-ionT6vil3SkoDBcoYd3T_mykPdiHwzLU=s16000" /></a></div><br /><b><br /></b></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-size: medium;"><b>Kelas X Fase E</b></span></div><div><b>Pemahaman Konsep</b></div><div>Pada akhir fase ini, peserta didik mampu memahami fungsi sosiologi sebagai ilmu yang secara kritis mengkaji masyarakat. Di samping itu peserta didik mampu mengenal identitas diri, menjelaskan tindakan sosial, menjelaskan hubungan sosial, menjelaskan peran lembaga sosial dalam mewujudkan tertib sosial, dan memahami berbagai ragam gejala sosial yang ada di masyarakat multikultural melalui konsep-konsep dasar sosiologi.</div><div><br /></div><div><b>Keterampilan Proses</b></div><div>Pada akhir fase ini, peserta didik mampu melakukan penelitian sosial sederhana dengan memilih metode yang tepat untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasikan informasi, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil penelitian tentang berbagai keragaman gejala sosial dengan konsep dasar sosiologi. Peserta didik mampu merefleksikan dan merencanakan projek lanjutan secara kolaboratif.</div><div><br /></div><div style="text-align: left;"><b><span style="font-size: medium;">Kelas XI dan XII Fase F</span></b></div><div><b>Pemahaman Konsep</b></div><div>Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjelaskan terjadinya kelompok sosial, mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial akibat hubungan antarkelompok sosial. Peserta didik juga mampu menerapkan prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial sehingga terwujud kehidupan sosial yang harmonis, menjelaskan konflik dan kekerasan dan upaya untuk menciptakan integrasi sosial di tengah dinamika masyarakat digital yang terus berubah. Di samping itu, peserta didik mampu menganalisis berbagai perubahan sosial, ketimpangan sosial, eksistensi kearifan lokal dalam kehidupan komunitas akibat dampak globalisasi dan perkembangan teknologi Informasi.</div><div><br /></div><div><b>Keterampilan Proses</b></div><div>Pada akhir fase ini, peserta didik mampu melakukan penelitian sosial berorientasi pemecahan masalah dari permasalahan sosial, konflik dan kekerasan yang terjadi ditengah tengah masyarakat dan mengomunikasikan hasil penelitiannya. Di samping itu, peserta didik juga mampu melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitian tentang perubahan sosial akibat globalisasi dan perkembangan teknologi informasi. Peserta didik juga mampu merancang, melakukan, mengevaluasi pemberdayaan komunitas berbasis kearifan lokal, menjadi aktor atau turut serta dalam proses kewirausahaan sosial dan menyajikan serta mengomunikasikan hasilnya. Peserta didik mampu merefleksikan dan merencanakan projek lanjutan secara kolaboratif.</div><div><br /></div></div>
<script async="" src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7661852389" style="display: block; text-align: center;"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<iframe height="700" src="https://docs.google.com/viewer?srcid=17MXYDyS_Z0-bgd9HbT0wr_7xspq91sYG&pid=explorer&chrome=false&embedded=true" width="100%"></iframe>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=17MXYDyS_Z0-bgd9HbT0wr_7xspq91sYG" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>
MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7396563630615481084.post-8753160541688408192022-01-31T07:00:00.081+07:002022-01-31T07:00:00.212+07:00Perilaku Menyimpang - Pengertian, Ciri, Sifat, Jenis, Teori, Faktor Penyebab dan Bentuk Perilaku Menyimpang<div style="text-align: left;"><h3 style="text-align: left;"><b>PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG</b></h3>Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan normanorma dalam masyarakat. Sedangkan pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut devian (deviant). Adapun perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat disebut konformitas.</div><div style="text-align: left;"> <br />Ada beberapa definisi perilaku menyimpang menurut beberapa tokoh sosiologi, antara lain:</div><div style="text-align: left;"><br />a. <b>James Vender Zender<br /></b>Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Bruce J Cohen<br /></b>Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.</div><div style="text-align: left;"><br />c. <b>Robert M.Z. Lawang<br /></b>Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut. <br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG</b></h3>Menurut Paul B Horton penyimpangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: <br />a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. <br />b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. <br />c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh frekuensi dan kadar penyimpangan. <br />d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. <br />e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. <br />f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. <br /> <br /><b>SIFAT-SIFAT PENYIMPANGAN</b></div><div style="text-align: left;"><b><br /></b>a. <b>Penyimpangan positif<br /></b>Merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh seorang ibu yang menjadi tukang ojek untuk menambah penghasilan keluarga.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Penyimpangan negatif<br /></b>Merupakan tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela dan pelakunya tidak dapat ditolerir masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan sebagainya.</div><div style="text-align: left;"><br /><h3 style="text-align: left;"><b>JENIS-JENIS PERILAKU MENYIMPANG</b></h3>Menurut Lemert (1951) Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan primer dan sekunder.</div><div style="text-align: left;"><br />a. <b>Penyimpangan primer<br /></b>Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu lintas.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Penyimpangan sekunder<br /></b>Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus sehingga para pelakunya dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh seorang yang sering melakukan pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya. <br /> <br />Sedangkan menurut pelakunya, penyimpangan dibedakan menjadi 2, yaitu:</div><div style="text-align: left;"><br />a. <b>Penyimpangan individual<br /></b>Penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang sendirian melakukan pencurian.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Penyimpangan kelompok<br /></b>Penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap norma-norma masyarakat. Contoh geng penjahat.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-0Ux21CFas88/YKeyCG-HnuI/AAAAAAAAAEY/Lqd2l5kPxMAC85I12UnG3DCBdEzvj6pqwCLcBGAsYHQ/s2048/teori-penyimpangan-sosial.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="100%" data-original-width="100%" src="https://1.bp.blogspot.com/-0Ux21CFas88/YKeyCG-HnuI/AAAAAAAAAEY/Lqd2l5kPxMAC85I12UnG3DCBdEzvj6pqwCLcBGAsYHQ/s16000/teori-penyimpangan-sosial.png" /></a></div><div style="text-align: left;"><h3 style="text-align: left;"><b>TEORI PENYIMPANGAN SOSIAL</b></h3>a. <b>Teori Differential Association<br /></b>Menurut pandangan teori ini, penyimpangan sosial bersumber pada pergaulan yang berbeda yang terjadi melalui proses alih budaya.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Teori Labeling<br /></b>Menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang karena proses labeling, pemberian julukan, cap, etiket dan merek yang diberikan masyarakat sehingga menyebabkan seseorang melakukan penyimpangan sosial.</div><div style="text-align: left;"><br />c. <b>Teori Struktur Sosial</b> (Robert K. Merton.)<br />Teori penyimpangan ini bersumber dari struktur sosial. Menurut Merton terjadinya perilaku menyimpang itu sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu.</div><div style="text-align: left;"><br />d. <b>Teori Fungsi</b> (Emile Durkheim)<br />Bahwa kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak mungkin terjadi karena setiap orang berbeda satu sama lainnya tergantung faktor keturunan, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Menurut Durkheim kejahatan itu perlu, agar moralitas dan hukum itu berkembang secara formal.</div><div style="text-align: left;"><br />e. <b>Teori konflik</b> (Karl Mark)<br />Kejahatan erat terkait dengan perkembangan kapitalisme. Menurtu teori ini apa yang merupakan perilaku menyimpang hanya dalam pandangan kelas yang berkuasa untuk melindungi kepentingan mereka. <br /> <br />
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-8330116073357612"
data-ad-slot="7661852389"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h3 style="text-align: left;"><b>FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG</b></h3>a. <b>Proses sosialisasi yang tidak sempurna<br /></b>Karena ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat ke dalam kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Contohnya seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik anak secara sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang<br /></b>Subkebudayaan menyimpang adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat. Contoh kelompok menyimpang diantaranya kelompok penjudi, pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain. <br /><br />c. <b>Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang<br /></b>Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya. <br /> <br /><h3 style="text-align: left;"><b>BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG</b></h3>a. <b>Penyalahgunaan Narkoba<br /></b>Merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial dan agama. Dampak negatif yang ditimbulkan akan menyebabkan berkurangnya produktivitas seseorang selama pemakaian bahan-bahan tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian.</div><div style="text-align: left;"><br />b. <b>Penyimpangan seksual<br /></b>Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyebab penyimpangan seksual antara lain adalah pengaruh film-film porno, buku dan majalah porno.</div><div style="text-align: left;"><br />c. <b>Alkoholisme<br /></b>Alkohol disebut juga racun protoplasmik yang mempunyai efek depresan pada sistem syaraf. Orang yang mengkonsumsinya akan kehilangan kemampuan mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Sehingga seringkali pemabuk melakukan keonaran, perkelahian, hingga pembunuhan.</div><div style="text-align: left;"><br />d. <b>Kenakalan Remaja<br /></b>Gejala kenakalan remaja tampak dalam masa pubertas (14 – 18 tahun), karena pada masa ini jiwanya masih dalam keadan labil sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negatif.</div><div style="text-align: left;"><br /><h3 style="text-align: left;"><b>RANGKUMAN</b></h3>Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan normanorma dalam masyarakat. Sedangkan pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut devian (deviant).</div><div style="text-align: left;"><br />Ciri-ciri Perilaku Menyimpang<br />1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. <br />2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. <br />3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh frekuensi dan kadar penyimpangan. <br />4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. <br />5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. <br />6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. <br />Sifat-sifat penyimpangan: penyimpangan positif dan penyimpangan negatif. <br /> <br />Jenis-jenis perilaku menyimpang: 1) menurut kadarnya, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder, 2) menurut pelakunya, yaitu penyimpangan individu dan Penyimpangan kelompok). <br /> <br />Teori penyimpangan sosial: Teori Differential Association, Teori Labeling, Teori Struktur Sosial (Merton), Teori Fungsi (Emile Durkheim), dan Teori Konflik (Karl Mark). <br />Sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang <br />a. Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna.<br />b. Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang.<br />c. Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang.<br /> <br />Bentuk-bentuk perilaku menyimpang: penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual , alkoholisme, dan kenakalan remaja.</div>
<p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Referensi: Sri Uji Partiwi, S.Sos. M.Pd. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sosiologi. Jakarta: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://drive.google.com/uc?export=download&id=1LeoDTum1s_J2M28guOr8VXmQluFWLisB" target="_blank"><img border="0" data-original-height="316" data-original-width="990" src="https://1.bp.blogspot.com/-TugCb73-oZI/YKkE6NtwzcI/AAAAAAAAAIg/3K0FhQWGwNgNyMuccRBJPPqOxv_mDydMwCLcBGAsYHQ/s320/download-konten.png" width="320" /></a></div><p></p>
<div 10px="" 5px="" left="" margin-bottom:="" margin-right:="">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-8330116073357612" data-ad-format="auto" data-ad-slot="7646822558" style="display: block;"></ins><script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
</div>MGMP SOSIOLOGIhttp://www.blogger.com/profile/12464106131853165273noreply@blogger.com0